Bab 2 meluncuur! Selamat membaca! ^.^.
.
.#-#-#
" Siapa saja yang bertanggung jawab?" tanya Arina serius.
Gadis yang baru lulus sekolah menengah beberapa bulan yang lalu itu menatap tajam pria yang duduk di depannya. Arya. Mereka berdua bertemu karena Arina ingin membahas tentang insiden kebakaran rumah Raiden, adik Arya enam tahun yang lalu.
" Rin, kamu nggak perlu..."
" Kalau Om Arya bisa tegas mengurusnya, semuanya nggak akan jadi begini. Aku yang akan mengurusnya!"
Arya yang paham dengan sifat emosional gadis itu mendesah pasrah. Ia menyerahkan daftar orang yang ikut dalam bisnis yang menyebabkan Raiden mengalami akhir naas itu. Arina menyipit memandangi daftar yang dibacanya. " Gerald Henry, John West, Arya Hanggara, Jeanny Hadinata, Raiden Herdian Putra."
Arina membanting berkas itu ke meja, lalu mendesah keras. " Berikan aku berkas yang Om bawa. Berkas dana simpanan itu."
" Rin! Kalau mereka tahu kamu membawanya, mereka akan..."
" Membunuhku? Mereka bahkan nggak tahu siapa aku, Om." Arina memotong cepat. " Berikan saja. Biar aku yang mengurusnya nanti. Sekarang kita harus mencari Youren dulu. Minta Om Darka untuk menghubungi keluarga Jii-chan agar mereka mau membantu kita."
Arya tidak bisa mengatakan apapun. Ia sangat mengenal Arina, dulu saat gadis itu masih kecil. Dan ternyata sifat gadis itu sama sekali tidak berubah setelah beberapa tahun mereka tidak bertemu. Arina yang keras kepala, tegas, dan selalu menampakkan sikap dewasa dalam setiap keadaan. Dan jangan lupakan nada bicaranya yang selalu tenang meskipun sedang emosi. Gadis itu memang sering terlihat emosional, tapi ia dengan mudah mengendalikannya dan kembali berbicara dengan nada tenang dan santai.
" Oke. Kita akan membahasnya nanti bersama Darka."
" Jangan lupa membawa berkas yang aku minta tadi," sahut Arina.
" Rin." Arya berseru protes.
" Lakukan saja, Om. Toh, mereka nggak akan menemukannya kalau aku yang membawanya."
#-#-#
" Jadi kamu mau menipu Aryo lagi? Apa lagi kali ini?"
Arina yang menyelonjorkan kakinya di sofa panjang mendongak, balik menatap Chandra yang sudah memasang raut penasaran di balik meja kerjanya.
" Pabrik furnitur."
Chandra terkekeh. " Kamu itu udah bikin si Aryo bangkrut dua tahun yang lalu cuma gara-gara Jhon bekerja sama dengan dia, lalu kenapa kamu mau berurusan dengan Aryo lagi?"
" Jhon masih di sana. Dia masih sembunyi di belakang Aryo dan jadi salah satu pemasok barangnya."
Chandra berdecak. Merasa tidak paham dengan jalan pikiran gadis yang selama lima tahun belakangan menjadi asistennya itu. Bukan asisten sungguhan, karena itu hanya alibi agar Arina mendapat pelajaran tentang dunia bisnis secara langsung darinya. Saat ia menawari agar gadis itu berkuliah lima tahun silam, Arina menolaknya dengan alasan malas jika harus duduk di kelas dan mendengarkan dosen mengajar. Ia bosan dengan hal-hal seperti itu. Pada akhirnya Chandra mendapat ide itu, menjadikan Arina sebagai asisten meskipun ia sendiri sudah memiliki sekretaris yang sangat profesional dalam pekerjaannya. Ia hanya berusaha agar Arina tetap dalam pengawasannya, walau pada kenyataannya gadis itu sering kali menghilang dan tidak diketahui keberadaannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/163941367-288-k359177.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Line
Боевик. . . [15+] . . . Hidupnya abu-abu. Itulah yang ia sadari sejak dulu. Dan tidak akan berubah, entah sampai kapan. Karena ia memang tak menginginkan perubahan, dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Namun tiba-tiba saja, ia mendapati j...