Line -55-

385 40 1
                                    


.
.
.

#-#-#

Seluruh investigasi lanjutan yang dilakukan tim bentukan Brenda dikerjakan di markas wanita itu. Dua korban yang diculik oleh Arina dibawa ke gedung penelitian Brenda untuk mendapatkan penanganan khusus sekaligus menyembunyikan mereka dari orang-orang yang mengejarnya. Ketika semua orang sibuk melakukan ini-itu untuk kepentingan penyelidikan, Arina sendiri justru harus berbaring dengan berbagai peralatan yang menempel di kepala dan tubuhnya di sebuah ruangan khusus yang disediakan Brenda untuknya.

" Bagaimana?"

Brenda masuk ke ruangan, menatap sosok Arina yang terbaring, dikelilingi dinding kaca sebagai pemisah. Seorang dokter yang menjadi bawahan Brenda berdiri di dekat monitor yang menunjukkan hasil pemeriksaan yang mereka lakukan pada Arina.

" Semuanya normal." Pria berkacamata itu melirik sekilas pada monitor. " Hanya saja, reaksi gelombang otaknya cukup aneh. Dan hal itu akan semakin terlihat saat dia dalam kondisi tidur."

" Apa dia sudah bangun sekarang?"

" Ya. Dia sudah terjaga sejak setengah jam yang lalu."

Suara ketukan di pintu ruangan memutus percakapan Brenda dengan lawan bicaranya. Sosok Hans yang pertama kali terlihat saat pintu terbuka, disusul rekan setimnya,Neron, dan William.

" Apa yang terjadi pada Arina? Kenapa Profesor membawanya kemari?" tanya Shirley seraya memandangi sosok Arina yang masih terbaring.

" Aku hanya melakukan beberapa pemeriksaan padanya," jawab Brenda santai. " Ah, benar. Apa kalian ingin mendengar sesuatu? Investigasinya memang masih dilakukan sekarang, tapi sepertinya kalian harus mendengarkan ini."

" Apa?" kali ini Richard berjalan mendekat, menatap penasaran pada Brenda.

Brenda duduk di kursi yang ada di depan monitor, menarik mikrofon kecil mendekat dan mulai berbicara.

" Arina, apa kau sudah mendapat kesimpulan?"

Sosok Arina yang sejak tadi memang sudah membuka mata memutar pandangan sekilas, bergeming di tempat.

" Ya. Apa kau ingin mendengarnya?"

Arina menyahut dengan suara datar.

" Ya. Katakan padaku. Apa tujuan lelang tadi malam?"

" Untuk mencari kambing hitam, tentu saja. Sepertinya agen Miles tidak terlalu bodoh. Saat pertama kali melihat kami di TKP sebelumnya, dia pasti sadar bahwa dirinya punya kemungkinan dicurigai. Untuk mengalihkan perhatian, dia berencana melakukan peran sebagai pahlawan di kandang sendiri. Dia akan menangkap orang lain dan mengancamnya dengan berbagai cara, sambil terus menyembunyikan fakta bahwa yang dijual dalam lelang itu bukanlah tubuh dari bocah itu, melainkan sebotol obat yang ada di saku kirinya. Bocah itu hanyalah sebagai contoh efek yang ditunjukkan pada pembeli. Sepertinya itu adalah pengetahuan dasar yang sudah dipahami oleh seluruh peserta lelang semalam."

" Tapi kau menggagalkan rencananya. Jadi, menurutmu apa yang akan dilakukannya sekarang?"

Mata Arina bergerak-gerak tak fokus, sementara jari telunjuk kanannya mengetuk tepian tempat tidur dengan ritme teratur.

" Dia akan membuat bom berita. Dengan tema 'perampokan' atau 'aksi teror kawanan perampok'. Itu sudah cukup untuk menggeser kekhawatiran para petinggi yang terlibat. Mereka akan membungkam media dengan kisah dramatis kawanan perampok yang melompat dari lantai lima sebuah gedung klub mewah."

" Lalu tentang obat itu. Bagaimana menurutmu?"

Brenda masih terus bertanya. Sedangkan yang lain terus memerhatikan sosok Arina yang entah kenapa terlihat dalam kondisi setengah sadar saat ini.

Death Line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang