Line -49-

404 36 3
                                    


.
.
.

#-#-#

" Coba lihat siapa yang datang! Kita mendapat tamu kehormatan!"

Akito berseru, bangkit dari duduknya seraya bertepuk tangan.

" Kalian!"

Etsuo menggeram marah. Kepalanya menoleh pada Arina yang masih setia menodongkan pistolnya. " Kau... bukannya..."

Satu sudut bibir Arina terangkat, tersenyum sinis. " Sebaiknya kau patuhi kami dan menjelaskan apa yang sedang terjadi sekarang. Bukankah awalnya kau sangat ingin bertemu denganku? Kau bahkan mengirim orangmu yang nyatanya hanya berakhir membunuh informanku. Mengapa tiba-tiba menyerangku di sini?"

Etsuo terkesiap. " Bukankah kalian saat ini menemui Sakurai Rin? Di mana dia? Mengapa justru Nadin dari Exclusive G yang ada di sini?" tanyanya pada Sakuya dan Akito.

Arina mendorong tubuh Etsuo dari belakang menuju sofa. " Duduklah, Paman. Mari kita bicarakan ini baik-baik. Bukankah kau sudah lama ingin bernegosiasi denganku?"

Terlihat sekali bahwa Etsuo merasa dilema saat ini. Jelas saja. Ia mengira sang keponakan tengah berdiskusi dengan Sakurai Rin untuk mendapatkan Cash, karena ia mendapat informasi dari anak buahnya bahwa Sakuya menemui salah satu pewaris resmi Sakurai itu. Ia tak menyangka akan bertemu dengan Nadin di sini, wanita yang pernah diceritakan Sakuya sebagai orang yang cerdas dan mampu mempengaruhi semua jalur bisnis yang sebelumnya dikuasai Exclusive G. Meskipun ia tahu Sakuya adalah pengkhianat sebelumnya, tapi ia juga tahu bahwa semua informasi yang diberikan Sakuya adalah benar. Sebelumnya Etsuo juga mendengar bahwa Nadin tewas tak lama setelah kematian Red Carver, tapi ia yakin gadis itu tak akan mati semudah itu. Nadin selalu berhasil mengelabui musuh-musuhnya selama ini.

" Aku mencari Sakurai Rin," ujar Etsuo akhirnya.

Alis Arina tertaut. " Kalau begitu cari saja sekarang! Mungkin dia belum jauh dari tempat ini."

" Tapi Nadin, bagaimana bisa kau berada di sini? Dan juga, sejak kapan kalian mengenal Nadin? Aku bahkan menyuruh orang mengawasi Sakuya, namun tidak ada tanda kau bertemu Nadin sebelumnya."

Arina bisa melihat Akito yang sudah menampakkan wajah kaku. Pamannya sama sekali tidak menyinggung tentang apa yang terjadi pada keluarga mereka. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah bertemu Sakurai Rin untuk menghentikan gadis itu dari mengkonfrontasi kerjasama antara dirinya dan Cash.

" Duduk sekarang atau aku akan melubangi kepalamu!"

Etsuo tersentak ketika suara Nadin berubah dingin. Ia memutar pandangan pelan, melirik pada Nadin yang kini menyeringai lebar.

" Nadin, kenapa? Apa kau akhirnya bekerjasama dengan mereka?" tanya Etsuo tegang.

" Tidak. Aku datang kemari karena tahu kau akan datang. Aku hanya ingin melihat rupa manusia yang berani menghabisi informanku. Sudah kubilang sebelumnya, bukan? Anak buahmu membunuh orangku."

" Aku tidak mengerti maksudmu. Seingatku aku tak pernah membunuh orangmu. Aku saja kesulitan untuk mencari identitasmu..."

" Rudi. Orang yang mencuri peta rute penyelundupan dan semua bisnis gelap milikmu... kau masih ingat dia?" tanya Nadin dengan suara rendah.

" Dia... bukankah dia anak buah Arina Nadindra? Atau sekarang disebut... Sakurai Rin?" tiba-tiba Etsuo tersentak. Ia memutar tubuhnya cepat menghadap Nadin yang masih konsisten menodongkan pistol ke arahnya. " Jangan bilang kalau kau... kalian...."

BUKK!

Etsuo jatuh tersungkur berkat pukulan Sakuya di belakang kepalanya. Arina berjongkok di dekat pria itu seraya menyeringai lebar.

Death Line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang