Line -33-

452 41 0
                                    


.
.
.

#-#-#

Tatapan Arina terpaku pada satu titik. Sebuah pintu ruangan di mana Youren tengah dirawat secara intensif selama beberapa hari ini. Beberapa waktu sudah berlalu, akan tetapi belum ada kabar tentang sadarnya gadis itu hingga saat ini. Arina tahu, luka yang didapatkan Youren begitu parah, sedangkan ia terus bergelut dengan penyesalan karena tidak mampu berbuat apa-apa. Yang bisa ia lakukan hanya melihat semuanya dari kejauhan, merasa dirinya tak pantas untuk menemui atau bahkan sekadar mendekat ke pintu dan menyapa orang-orang yang menjaga Youren.

Kemarin ia melihat Aila menangis di sana. Istri dari Arya itu menangis keras dalam pelukan putranya, Daniel. Hatinya sakit, tapi Arina tidak bisa berpikir untuk melakukan sesuatu. Isi kepalanya sama kosongnya dengan tatapan yang selalu diperlihatkannya beberapa hari terakhir. Ia menyalahkan dirinya sendiri, merasa bodoh karena terus menganggap dirinya mampu melindungi mereka.

" A-chan."

Tepukan di bahunya tidak membuat Arina berpaling. Fokusnya masih ada di sana, pada sebuah pintu dengan dua polisi yang berjaga di depannya.

" Paman Ryuu dari pihak ibunya datang sebentar lagi. Dia akan membawa Ryuu ke sana untuk penanganan selanjutnya. Jangan khawatir, dia akan baik-baik saja."

Diam, tidak ada sahutan dari bibir Arina. Ia mendengar suara Shougo, tapi entah informasi itu akan dicerna otaknya atau berlalu begitu saja menembus telinganya. Ia tidak bisa memikirkan apapun sekarang.

" A-chan, jangan begini! Kamu harus percaya pada Ryuu dan yang lain. Dia pasti akan sadar setelah ini."

Tubuh Arina berputar. Bukan untuk menjawab ucapan Shougo, melainkan berjalan pergi dari sana dengan langkah gontai.

BRUKK!

Tubuh Arina terjatuh ke lantai saat sesosok pria tak sengaja menabrak bahunya dari arah yang berlawanan. Pria itu sontak berjongkok di dekat Arina yang bergeming.

" Maaf, saya tidak sengaja. Anda baik-baik saja? Bisa berdiri?"

Shougo menatap terkejut pada pria yang menabrak Arina. Adler. Pria yang menjadi tangan kanan Youren selama beberapa tahun terakhir. Terlihat sekali raut panik di wajah pucatnya saat melihat Arina hanya terdiam memandangnya dengan tatapan kosong.

" Apa dia baik-baik saja?" gumam Arina. Tampak setengah sadar.

" Ya? Siapa?"

Raut kebingungan Adler tercetak jelas, tidak paham dengan maksud perkataan Arina.

" Maaf," Shougo mendekat. " Dia sedang kurang enak badan. Biar dia bersama saya."

Adler tampak baru menyadari keberadaan Shougo yang berdiri tak jauh darinya. " Apa anda mengenalnya?"

Shougo tersenyum tipis, lalu mengangguk. " Biar saya yang mengurusnya."

" Oh, baiklah. Maaf sekali lagi, dan terima kasih."

Shougo membantu Arina berdiri di bawah tatapan cemas Adler yang ternyata masih berdiri di dekat keduanya. Namun sebelum Arina benar-benar berdiri tegak, tubuhnya luruh kembali, tak sadarkan diri dalam pelukan Adler yang dengan gerakan cepat menahan tubuh Arina yang nyaris menyentuh lantai.

" A-chan!"

#-#-#

Arina terus melontarkan berbagai macam umpatan, akan tetapi hanya di dalam hati. Suasana kafenya yang tadi sepi karena ditutup lebih awal kini mulai ramai kembali. Kedua tangannya masih sibuk dengan beberapa gelas berisi kopi dan berbagai minuman lain, tapi matanya bergerak mengikuti tiap sosok yang kini mengelilingi meja besar yang sengaja ditempatkan di tengah ruangan untuk menyambut para tamu Pak Hari, orang yang mendadak mereservasi tempat ini tadi siang.

Death Line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang