.
.
.#-#-#
" Masuklah! Ini ruang istirahat sementara yang sudah kusiapkan untukmu."
Brenda menahan pintu ruangan, mempersilakan Arina masuk ke ruangan dengan perabot serba putih itu. Sejak pagi tadi Arina sudah berada di kawasan akademi Bright, akademi milik organisasi Bright di mana Ryuu pernah berada di sana. Lebih tepatnya, Arina saat ini berada di gedung pusat penelitian yang dikepalai oleh Brenda. Setelah ia berkeliling di beberapa tempat dengan dikawal oleh anak buah wanita itu dan Neron, Arina sampai di gedung ini untuk melakukan beberapa pemeriksaan yang dijadwalkan oleh ibu dari Neron itu.
" Aku masih harus membahas beberapa hal sebelum melakukan tes untukmu. Lebih baik kau beristirahat di sini. Ada makanan ringan di lemari dan kulkas, itu untukmu. Dan pintu di ujung sana adalah toilet. Paham?"
Brenda segera menutup pintu setelah mendapat anggukan dari Arina, memberi isyarat pada Neron agar mengikutinya yang ternyata masuk ke ruangan tepat di sebelah ruangan yang ditempati Arina. Ruangan luas itu tampak seperti ruang rapat, dengan sebuah meja besar dan beberapa kursi yang diisi oleh orang-orang Brenda. Tiga orang berjas dokter serta lima orang lain yang tampaknya memang sudah menunggu kedatangan wanita itu.
" Apa dia akan menjadi anggota baru kita, Profesor?"
Salah seorang pria berpenampilan rapi dengan kemeja yang dilapisi sweater berujar. Telunjuknya mengarah pada dinding ruangan yang terbuat dari kaca satu arah, yang dengan jelas menunjukkan sosok Arina di ruangan di sebelah tempat itu.
Semua mata fokus pada sosok Arina yang masih berdiri diam di dekat pintu ruangan. Gadis itu tampak mengamati sekeliling ruangan dengan saksama.
" Ya, dia akan menjadi anggota kita. Bagaimana menurut kalian?"
" Kita lihat saja dulu," sahut seorang pria bersetelan formal tiga potong berwarna gelap. Tatapan mata tajamnya meneliti gerakan Arina yang kini berjalan ke arah wastafel, mencuci tangannya menggunakan sabun dan mengelapnya hati-hati menggunakan handuk.
" Wow!" seru si pria bersweater tertarik. " Dia OCD?"
" Tidak. Dia hanya terbiasa melakukan itu karena kondisi fisiknya yang lemah saat masih kecil."
" Siapa kau?" tanya pria itu. Alisnya terangkat heran, merasa aneh karena ucapannya dijawab Neron.
" Dia putraku, Neron. Dan juga asisten gadis itu selama tiga tahun terakhir." Brenda yang menjawab pertanyaan itu dengan santai.
Semua orang yang ada di ruangan itu kontan mengalihkan perhatian pada Neron. Wajah mereka menujukkan raut tak percaya akan ucapan Brenda. Hei, ibu dari pria itu adalah kepala departemen penelitian di organisasi agen ternama, kenapa anaknya bisa menjadi asisten gadis muda dengan kelainan mental seperti Arina?
Neron tidak menanggapi tatapan tak percaya orang-orang itu dan memilih menyalakan proyektor. Muncul beberapa berkas data pribadi Arina di layar besar.
" Itu data pribadinya. Lengkap dengan catatan medisnya sejak balita. Dia memiliki tubuh lemah dan sangat sensitif saat kecil, tapi seiring pertumbuhannya, dia sudah tidak mengalami gejala sensitifitas itu. Dia baik-baik saja sekarang."
" Dia punya catatan dari seorang psikiater juga?" tanya salah seorang yang berjas dokter.
" Ya. Tiga tahun yang lalu dia mengalami kejadian yang mengguncang psikisnya, dia sempat mengalami depresi dan pernah melakukan percobaan bunuh diri di rumah sakit. Akan tetapi sejauh ini, hasil pemeriksaan psikiaternya menunjukkan bahwa dia sudah baik-baik saja."
BRAKK!
Semua orang yang sedang serius mendengarkan penjelasan Neron seketika menjengit saat seorang perempuan berambut pendek menggebrak meja dengan penuh semangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Death Line
Action. . . [15+] . . . Hidupnya abu-abu. Itulah yang ia sadari sejak dulu. Dan tidak akan berubah, entah sampai kapan. Karena ia memang tak menginginkan perubahan, dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Namun tiba-tiba saja, ia mendapati j...