Line -65-

91 16 2
                                    


.
.
.

#-#-#

Penerbarangan rombongan Arina berjalan dengan lancar. Sesampainya di bandara, Pak Gun dan Profesor Hanakawa segera memberi instruksi agar mereka membawa Arina ke rumah sakit. Gadis itu sendiri kini dalam keadaan tak sadarkan diri, akibat efek obat yang belum sepenuhnya hilang dan tampak masih memengaruhi kesadarannya hingga beberapa waktu. Pak Gun kemudian memanggil Ryuu dan Daniel untuk bertemu secara pribadi dengannya setelah selesai memberikan perintah pada seluruh anak buahnya.

" Pak Gun mau bicara apa?" tanya Daniel saat mereka sampai di kantor Pak Gun.

Ada Profesor Hanakawa di ruangan itu. Duduk di sofa tunggal, berhadapan dengan Ryuu yang duduk di sofa panjang. Wanita itu tampak tenang menyesap kopi yang disiapkan Pak Gun, tampak tidak peduli dengan tatapan Daniel yang seolah menanyakan identitas wanita itu.

" Dia Profesor Hanakawa Ayumi, dokter pribadi Arina saat dia ditemukan Pak Zero." Pak Gun menjelaskan tanpa diminta.

" Saya di sini ingin meminta bantuan kalian, tolong larang semua orang yang ingin menemui Arina saat ini. Mereka bisa menyampaikan keperluan mereka pada kalian berdua."

" Kenapa? Ada masalah dengan kondisi Arina?"

" Ya. Ingatan masa kecilnya kembali, dan kita nggak tahu reaksi apa yang akan muncul darinya. Kalian juga tahu kalau Arina sering melakukan hal nggak terduga dan nggak ada yang bisa menghentikannya. Jadi lebih baik buat orang-orang nggak menemuinya sementara waktu."

Daniel mengangguk paham, begitu pula Ryuu yang menyetujui ucapan Pak Gun. Sikap Arina mungkin terlihat tidak terlalu banyak berubah, tapi mereka tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Arina ke depannya. Kondisi perempuan itu saat ini jelas sedang tidak stabil, jadi mereka harus selalu bersiaga.

" Bagaimana kalau teman-temannya yang ingin bertemu?" Daniel bertanya.

Pak Gun menggeleng sebagai jawaban.

" Kalau Natha?"

Sekali lagi gelengan yang diterima oleh Daniel. " Kamu pasti tahu kalau Arina akan bersikap nggak membutuhkan orang-orang itu."

Daniel terkesiap mendengar perkataan Pak Gun yang terdengar sedikit kasar. Tapi ia tidak bisa menyangkal. Sebenarnya, kenyataan yang dilihat oleh orang-orang di sekitar Arina selama ini justru tampak seperti ilusi di matanya. Sifat ramah dan senyum manis gadis itu, suara tawa renyahnya, dan bahkan cara bicaranya yang kadang terdengar sangat lembut bukanlah sifat asli Arina. Itu adalah kepribadian yang sukses dibentuk oleh keluarga Harya agar Arina terlihat 'normal' di mata orang-orang di sekitarnya. Daniel sangat memahami hal itu. Ia tahu bahwa itu adalah alasan kenapa Pak Gun tidak langsung menarik Arina kembali ke RZ, meski waktu perjanjian mereka usai setelah Arina menginjak usia 18 tahun. Pak Gun hanya ingin melihat seberapa besar kontrol yang dimiliki Arina untuk menekan dirinya agar tidak lepas kendali di hadapan orang lain. Pak Gun hanya menjadi pengamat yang terus memerhatikan perkembangan Arina dan perubahan sosok gadis itu tanpa bertindak apapun. Dan itu memang tujuan awal Pak Zero yang menempatkan Pak Gun sebagai pengawal serta asisten pribadi Arina.

Setelah pertemuan Daniel dengan Arina dan mereka kembali bersama untuk menjadi penerus RZ, Daniel banyak menarik kesimpulan melalui pengamatannya. Terlebih pada perubahan yang terjadi pada dua gadis yang sudah dianggap sebagai saudaranya itu. Daniel mengamati setiap gerak-gerik mereka tanpa melewatkan satu detailpun. Ryuu yang semasa kecilnya adalah gadis manja yang pemberani, berubah menjadi gadis yang memiliki ekspresi dingin, seolah ingin menjadi kopian sempurna dari sosok Arina di masa lalu. Sedangkan Arina yang dalam ingatannya tidak bisa bersikap fleksibel dengan sikap kaku dan kadang sedikit kasar justru berubah 180 derajat, menjadi sosok yang keramahan serta kepekaannya pada hal-hal yang terjangkau mata dan otaknya mencapai tahap maksimal, membuatnya berhasil beradaptasi pada setiap keadaan. Arina dengan mudah mengubah sikap dan keputusan sesuai situasi yang terjadi di sekitarnya semudah membalik telapak tangan. Meski kenyataannya, sifat barunya itu tidak bisa menggeser karakter lamanya. Arina hanya menganggap dirinya sedang bermain peran, karena hal itu adalah salah satu bakat alami yang dimilikinya sejak awal.

Death Line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang