Line -28-

453 39 1
                                    


.
.
.

#-#-#

Arina mendengarkan percakapan antara Jeanny dan Youren lewat alat penyadap milik Michael. Ya, pria itu sendiri yang mengatakan pada Arina bahwa ia telah memasang alat penyadap di pakaiannya agar ia bisa tahu apa yang terjadi di tempat itu. Dan di sinilah dirinya sekarang, di salah satu lorong di lantai lima gedung kosong itu. Terdiam fokus mendengarkan percakapan orang-orang yang tengah berada di atap itu dengan raut gusar. Bahkan sejak tadi ia terus saja meremas-remas jemarinya yang saling bertautan, mencemaskan sesuatu entah apa itu.

" Ah, sambutan yang luar biasa, Jeanny. Apa kamu perlu pelukan rindu dariku?"

Itu suara Youren.

" Aku tidak menyangka kamu akan berani ke sini."

" Jeanny." Arina bergumam pelan. Tangannya mengepal hingga buku jarinya memutih. Rasanya ia ingin menghabisi wanita itu saat ini.

" Tiga puluh orang. Jumlah yang banyak, Jeanny. Kamu mau membayar orang sebanyak itu hanya demi menangkapku? Kamu tahu? Sepuluh orang bawahanmu itu sudah cukup untuk membekukku, bukankah begitu?"

Arina tidak tahu kalau Jeanny akan membawa orang sebanyak itu untuk melawan Youren.

" Neron, tolong awasi dengan baik. Jangan biarkan Youren terluka."

Arina berujar pada mic yang menempel di kerah jaketnya.

" Aku tahu."

Tak berselang lama, Arina mendengar Youren berbicara lagi. Ia memilih mendengarkan sembari berjalan ke tempat lain, mengecek jika saja ada sesuatu yang tidak beres di dalam gedung dua puluh lantai itu. Matanya awas mengamati sekitar, meski begitu semua ucapan Youren juga tak luput dari perhatiannya. Arina bahkan bisa mendengar suara tawa dingin Youren di seberang. Ah, ia tak menyangka bahwa Youren akan berubah hingga sedrastis ini.

" Sejak awal aku tidak pernah bilang bahwa aku akan memberikan dokumen uang ini padamu. Bukankah aku sudah memberitahu? Aku akan ke sini sendiri dengan membawa dokumen ini, tapi aku sama sekali tidak mengatakan akan memberikannya padamu. Kamu lupa hal itu, Jeanny? Atau, suruhanmu tidak memberitahumu?"

Arina bisa menangkap nada mengejek dari ucapan Youren. Meskipun Arina tidak ikut berada di tempat itu, ia bisa merasakan ketegangan yang menguat di antara orang-orang yang berada di atap saat ini.

" Ah, jangan membuatku marah."

" Michael. Apa yang terjadi? Michael?" Arina tiba-tiba merasa was-was ketika keheningan menyapa hingga beberapa waktu.

" Sayangnya, aku bisa melakukan yang lebih dari itu padamu, Jeanny. Karena, yah... sepertinya kamu tidak benar-benar mengenal siapa aku."

" A... Aoi?"

Arina kini mendengar suara terkesiap penuh keterkejutan dari Michael. Bibirnya menipis, tahu bahwa sekarang Youren sudah membuka penyamarannya.

" Michael," panggilnya pelan. Dadanya berdebar khawatir.

" Yah, Michael. Seharusnya kamu tidak memasang raut terkejutmu di sini. Bukankah sejak awal aku sudah menunjukkan diri bahwa aku mengenalmu? Dan ya, ini aku. Orang yang kamu tahu bernama Youren Miika adalah orang yang kamu kenal sebagai Ryuuzaki Aoi. Menarik, bukan?"

" Rin, apa maksudnya ini? Kenapa?"

Arina bisa mendengar bisikan lemah Michael. Pria itu terdengar sangat terkejut hingga tak mampu meninggikan suara. Dan mungkin, hanya Arina yang mendengar pertanyaan pria itu saat ini.

Death Line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang