.
.
.#-#-#
Arina akhirnya diperbolehkan untuk pulang setelah luka-lukanya pulih. Sepulangnya ia dari rumah sakit, Arina disibukkan dengan persiapan pembukaan kafenya dan menata tempat tinggal barunya yang ada di lantai dua bangunan kafe. Ia sengaja keluar dari rumah ibunya agar lebih leluasa mengawasi Youren dan mengadakan pertemuan darurat dengan Darka dan yang lain. Karena itu, ia benar-benar sibuk belakangan ini dan emosinya mudah terpancing jika ada yang mengganggu pekerjaannya. Seperti sekarang....
" ARINA!"
BRAK!
Arina tidak tahu sejak kapan Shougo menjadi manusia berisik dan sangat menyebalkan, tapi sudah beberapa hari ini pria itu benar-benar menguji kesabarannya.
" Rin, lihat aku bawa apa!"
Arina melirik malas pada laki-laki yang masuk ke rumahnya tanpa mengetuk pintu atau membunyikan bel terlebih dulu itu. " Apa?"
Shougo meletakkan sebuah tas kertas ke meja dengan setengah membanting. " Aku punya tugas baru buat kamu. Lihat!"
Kening Arina berkerut dalam saat melihat tumpukan kertas origami berbagai warna yang dikemas rapi. " Origami?" tanyanya heran.
Shougo mengangguk antusias. " Benar. Kamu dapat tugas membuat 10.000 bangau dari origami. Bagaimana? Kertasnya masih kurang sih, tapi aku sudah pesan lagi dan akan datang beberapa hari lagi."
" Keluar!" desis Arina jengkel.
" Rin, kok kamu balik jadi dingin begini? Kemarin pas di rumah sakit kamu manis banget, loh."
" Itu cuma akting," sanggah Arina sembari mendelik. " Keluar dari sini sekarang sebelum aku menendangmu keluar lewat balkon!"
" Nggak mau!"
Sepertinya Shougo sengaja menguras emosinya untuk melihat seberapa kuat Arina bisa menahan amarahnya. Tapi Arina tidak akan pernah meladeni pria itu.
Arina berdiri dari duduknya, menarik bagian belakang kemeja yang dikenakan Shougo dan menyeret pria itu keluar dari rumahnya dengan cepat. " Keluar!"
BRAK!
Arina menutup pintu dengan bantingan keras setelah berhasil mengeluarkan Shougo dari sana. Disusul setelahnya ia mengunci slot gerendel pintu agar Shougo tidak bisa masuk ke sana seenaknya.
" Dasar orang itu, nyebelin banget!"
Arina menghempaskan tubuhnya ke sofa, lalu tatapannya mengarah pada tas kertas yang tadi dibawa Shougo.
" 10.000 bangau, ya? Boleh juga."
Arina bangun dari rebahannya dan mengambil satu pak kertas origami. Ia mengambil selembar dan mulai melipatnya dengan serius.
" Memangnya dia punya harapan apa sampai pengen bikin ribuan bangau? Ada-ada aja."
#-#-#
Kamar rawat Arina tidak pernah sepi. Selalu saja orang-orang itu bergantian menjaga Arina, seolah jika hanya semenit saja Arina ditinggal sendirian, maka gadis itu akan menghilang dari ruang rawatnya. Lihat saja, saat ini ada Natha, Shougo, dan Chandra di ruangan itu. Darka sepertinya sudah pergi ke kantornya, tapi....
" Kalian nggak ke kantor?" tanya Arina heran. Hei, bagaimana keadaan kantor kalau direktur dan GM nya saja berada di sini saat jam kerja seharusnya tengah berlangsung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Line
Acción. . . [15+] . . . Hidupnya abu-abu. Itulah yang ia sadari sejak dulu. Dan tidak akan berubah, entah sampai kapan. Karena ia memang tak menginginkan perubahan, dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Namun tiba-tiba saja, ia mendapati j...