.
.
.#-#-#
Jemari Arina sibuk memutar rubiknya. Namun matanya tidak hanya berfokus pada benda kubus itu, karena ia sesekali melirik pada lembaran kertas di depannya.
" Itu berkas proposal kerja sama RZ dengan Emerald. Sepertinya direktur baru mereka ingin meningkatkan kerja sama dengan kita." Chandra membuka berkas itu pada lembar selanjutnya.
Arina bergeming, meski otaknya berputar cepat. Dua tahun yang lalu, saat perusahaan Emerlad yang ia ketahui adalah milik keluarga ibu dari Youren itu berusaha memperluas jangkauan bisnisnya dengan membuka kantor cabang di Indonesia, Arina menyuruh Chandra untuk menawarkan kerja sama dengan mereka. Ia tahu akan sulit bagi perusahaan asing mendirikan bangunan kantornya sendiri, karena itu ia menawarkan sewa salah satu gedung milik RZ untuk kantor Emerald. Setelahnya, perusahaan yang bergerak di bidang real estate itu menjadikan RZ sebagai salah satu investor utama mereka dalam proyek perdananya di Indonesia. Hingga seterusnya, Emerald terus melibatkan RZ yang sudah memiliki berbagai izin di beberapa bidang bisnis, membuat perusahaan itu dengan cepat berkembang. Yah, dengan catatan, tidak ada yang tahu bahwa Arina ikut terlibat dan menyetir beberapa keputusan Chandra dala kerja sama mereka.
" Pembangunan resort?" Arina membaca sekilas proposal itu.
" Ya. Resort untuk kelas menengah-atas. Mereka berniat untuk mendirikan resort mewah juga, namun masih dalam tahap diskusi."
Arina meletakkan rubiknya, lalu beralih mengambil berkas proposal itu. " Kita lihat respon yang lain dulu, baru dipertimbangkan."
Chandra mengerutkan kening. " Biasanya kamu langsung menyetujui kalau itu berkaitan dengan Emerald, kenapa sekarang harus menunggu?" tanyanya bingung.
" Ini adalah debut pertama Adler sebagai direktur, dan awal Ren masuk ke dunia bisnis yang sebenarnya. Apa menurut Om, aku harus memudahkan mereka berdua?"
Chandra terkekeh ringan. Arina terdengar seperti orang yang sudah sangat lama berada di dunia bisnis, padahal gadis itu sendiri masih dua tahun masuk ke RZ-dengan sedikit keterpaksaan-. Ya, meski begitu keberadaan Arina sebagai asisten gadungannya sangat membantunya. Gadis itu dengan cepat belajar berbagi macam hal, dan setiap keputusannya tidak pernah main-main. Chandra sendiri takjub melihat gadis pemalas itu paham seluk beluk dunia bisnis hanya dalam waktu singkat. Karena itu, ia sering meminta pendapat Arina saat hendak memberi keputusan untuk proyek RZ.
" Oh ya. Aku dengar Ryuuzaki mendaftar sekolah, ya?"
Arina mengangguk. " Ya. Dia menjadi murid pindahan di sekolah Arsa."
" Wah, dia jadi kakak kelas Arsa? Bukannya kamu bakal makin gampang mengawasi dia?"
" Ya, begitulah. Dan aku harus mengabari Om Arya tentang ini."
#-#-#
- Maaf. Untuk masalah klub yang diikuti Aryo, Neron tidak mungkin jika langsung keluar dari sana. Mereka akan curiga pada Neron kalau kita gegabah memutuskan. Untuk sementara, Neron akan tetap di sana, tapi sebisa mungkin kami nggak akan ikut dengan proyek mereka. Itu keputusanku.- Arina
Arina melempar ponselnya setelah mengirim pesan pemberitahuan pada grup obrolan yang beranggotakan dirinya, Darka, Chandra, Shougo, dan Neron. Ia tahu bahwa tidak sopan baginya mengirim pesan seperti itu, tapi ia tidak bisa ke mana-mana untuk saat ini. Gadis itu terjebak di rumahnya sendiri, atau lebih tepatnya rumah yanng ada di lantai dua kafenya. Rumah yang biasanya memang ia gunakan sebagai tempat berkumpul bersama teman-temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Death Line
Ação. . . [15+] . . . Hidupnya abu-abu. Itulah yang ia sadari sejak dulu. Dan tidak akan berubah, entah sampai kapan. Karena ia memang tak menginginkan perubahan, dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Namun tiba-tiba saja, ia mendapati j...