.
.
.#-#-#
Semua pesta dan acara-acara lain yang harus dihadiri Arina selama beberapa hari di Tokyo berjalan lancar. Ia akhirnya bisa melewati semuanya penuh dengan kerja keras dan kesabaran hati. Ah, saat berada di luar kandang, sifat malas Arina memang tidak pernah muncul ke permukaan. Arina sudah terbiasa melakukan hal yang ia benci sejak kecil, ia sering diperintahkan melakukan apapun yang tidak ia inginkan dan dipaksa menyelesaikan hal-hal semacam itu. Dulu ia tidak bisa menolak perintah orang tuanya, sedangkan saat ini mungkin ia bisa menolak tapi ia tidak akan melakukannya hanya demi menunjukkan seberapa kekanakannya dirinya. Ia akan melewati semua konsekuensi yang ia dapatkan ketika melalui jalan ini. Karena itu, sebenci apapun dirinya pada acara-acara resmi atau jadwal rapat yang terus saja datang silih berganti, Arina akan melewatinya dengan baik.
" Terima kasih, Clyde."
Arina melepas sabuk pengaman, sedangkan Clyde masih duduk di balik kemudi.
" Aku akan memarkirkan mobil. Kamu bisa masuk lebih dulu."
" Oke."
Arina melambaikan tangan sekilas, lalu berjalan menuju lobi gedung perusahaan Sakurai yang didatanginya. Sebelah tangannya membuka ponsel dan memanggil seseorang.
" Oi, Arai! Aku sudah di bawah. Kau tidak berniat menyambutku?"
Arina baru saja masuk dari pintu utama saat tiba-tiba seseorang mencekal lengannya kuat.
" Ibu, lihat! Dia kekasihku. Jadi lebih baik Ibu berhenti menjodohkanku dengan putri temanmu atau siapapun itu. Aku mencintainya..."
Arina menolehkan kepalanya diiringi raut takjub. Matanya mengerjap beberapa kali saat sadar bahwa ia sedang masuk ke dalam skenario 'Pacar palsu' pada kisah percintaan seseorang yang tak dikenalnya.
" Heh? Kalian lagi syuting drama kantor, ya?" Arina berujar dengan bahasa, menaikkan sebelah alisnya tak percaya.
" Dia benar kekasihmu?" tanya ibu dari sang pemain peran.
Belum sempat Arina mengikuti permainan, suara panggilan dari Clyde yang berlari cepat ke arahnya membuat adegan ala drama dan kisah fiksi itu berantakan.
" Apa yang anda lakukan pada Nona Rin?" tanya Clyde tajam. Ia menghempaskan cekalan pria itu dengan kasar, lalu menarik tubuh Arina ke belakang punggungnya.
" Hei, apa yang kau lakukan? Dia..." Pria itu tak melanjutkan kalimatnya. Kini matanya terbelalak lebar seperti sedang melihat sesuatu yang menakutkan.
" Matsuzaki Arai-san," gumamnya dengan nada gugup.
Arina dan Clyde memutar tubuhnya. Di sana, ada Arai dan beberapa dewan direksi perusahaan yang tampaknya turun ke lantai itu hanya untuk menyambut Arina.
" Selamat datang di perusahaan kami, Sakurai Rin-sama."
Arai membungkuk beberapa derajat. Gerakannya diikuti oleh para direksi yang berdiri di belakangnya. Arina memasang senyum tipis sebelum menjawab sapaan mereka.
" Terima kasih. Mohon kerjasamanya," balasnya dengan nada ramah.
Kemudian Arina memutar tubuhnya, menghadap pria yang entah karyawan bagian apa yang baru saja mencoba membuat drama dengannya. Lagi-lagi Arina menampakkan senyuman, kali ini lebih manis dari sebelumnya.
" Apakah anda mengenalku, Tuan?" tanya Arina.
Pria itu tergagap, tidak bisa berkata apapun. Sepertinya ia terlalu syok melihat kenyataan yang baru saja menyeretnya keluar dari dunia fantasi yang dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Line
Action. . . [15+] . . . Hidupnya abu-abu. Itulah yang ia sadari sejak dulu. Dan tidak akan berubah, entah sampai kapan. Karena ia memang tak menginginkan perubahan, dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Namun tiba-tiba saja, ia mendapati j...