Line -35-

500 38 4
                                    


.
.
.

#-#-#

Arina berjalan beriringan dengan Ryuu. Di belakang keduanya, Adler dan Farren mengekor, tampak seolah dua pria itu adalah pengawal yang mengikuti majikannya ke manapun. Arina gerah sebenarnya, karena setiap kali ia menemui Ryuu beberapa hari belakangan, dua pria itu bertindak sebagai pengawal pribadi super kepo yang merecoki dirinya dan Ryuu. Bukan hanya Arina, Ryuu sendiri mengeluh dengan sikap Adler yang kini berubah seperti bapak-bapak yang akan ditinggal menikah anak gadis satu-satunya. Padahal Arina tidak akan membawa Ryuu ke mana-mana. Dan kini, saat Ryuu ingin makan malam bersama di rumah Arina, dua pria itu dengan senang hati ikut meski tak diundang. Membuat Arina menelan semua umpatan dan memilih pasrah melihat tingkah dua orang itu.

Saat Arina hendak menekan tombol password pintu rumahnya, ia mengurungkan niatnya dan malah berbalik menghadap tiga orang yang tengah menunggunya.

" Ada apa?" tanya Adler.

" Eh, aku lupa membersihkan rumah tadi pagi. Kalian tunggu di luar sebentar, aku mau beresin beberapa barang. Nggak lama, kok."

Tanpa menunggu jawaban ketiganya, Arina dengan cepat menekan tombol pintu dan segera masuk ke dalam. Meninggalkan Ryuu, Adler, dan Farren yang berdiri bingung di teras lantai dua ruko yang ditinggali Arina.

" Kenapa kalian berdiri di sini?"

Shougo yang datang bersama Neron dan Natha beberapa menit kemudian menatap heran tiga orang yang berdiri di depan pintu. Ketiganya baru saja datang karena Arina memang menyuruh Shougo dan Neron untuk berbelanja sebelum ke sana. Sedangkan Natha tadi menawarkan diri untuk membantu dua pria yang mengaku tidak terlalu paham dengan bahan-bahan dapur itu. Jadilah ia juga ikut kemari.

" Kak Rin bilang dia lupa beresin rumah tadi, jadi dia mau ngerapiin beberapa barang...."

Ryuu belum menyelesaikan kalimatnya saat Neron tiba-tiba menyerobot ke arah pintu dan membuka kodenya. Setelah pintu terbuka, pria itu menyelonong masuk tanpa basa-basi, membuat lima orang yang lain reflek mengikutinya.

" DRAKE!"

Tampak sesosok pria berdiri santai sembari memasukkan kedua tangan di saku, bersandar pada pintu kaca balkon. Neron menghambur ke arahnya, hendak melayangkan pukulan.

" Neron!"

Kepalan tangan Neron yang nyaris menyentuh hidung Drake tertahan saat mendengar suara seorang perempuan memanggilnya dengan nada dingin dan tegas. Arina berjalan mendekat, menarik lengan Neron yang menggantung di udara seraya mendesah pelan.

" Jangan asal main pukul," ujarnya tenang.

" Dia...."

" Dia nggak ada niat menyerangku. Dia ke sini cuma mau ngambil barangnya yang masih aku bawa. Ini." Arina menyodorkan sebuah koper yang berukuran tak terlalu besar pada Drake, yang segera diterima oleh pria itu.

" Aku tidak menyangka kalau Neron benar-benar pengawalmu."

Pria itu berujar seraya berjalan menuju sofa yang ada di ruangan itu dan duduk di sana. Ia  membuka koper yang diberikan Arina, mengecek apakah benar isi koper itu adalah benda yang ia cari. Tidak dipedulikannya Neron yang masih melemparkan tatapan menusuk padanya. Senyumnya terbit saat melihat sebuah pistol yang sangat dikenalnya tampak mengkilat di tempatnya.

" Kau merawatnya dengan baik."

Arina hanya mengedikkan bahu, mengabaikan tatapan bingung orang-orang di ruangan itu dan memilih mengambil bawaan Natha dan Shougo untuk dibawa ke dapur.

" Aku hanya sedikit membersihkan dan menyimpannya."

#-#-#

" Eh, mengejutkan sekali."

Death Line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang