Cuma cowok pengecut yang berani mainin perasaan wanita.
Gama Orinonis
******
Mobil sports berwarna hitam pekat milik Arka berhenti tepat di depan gerbang SMA Yongsan. Tak berselang lama, Naina turun dari mobil setelah Pak Mamat, selaku supir pribadi Arka membukakan pintu mobil untuk Naina. Tentu saja hal itu memancing kehebohan tersendiri bagi anak-anak SMA Yongsan, terbesit rasa iri di antara mereka saat melihat betapa mewahnya kehidupan seorang Naina Aldebaran. Selain di berkati wajah yang cantik dan manis, otak yang genius, serta suara emas saat ia bernyanyi. Naina merupakan anak sematang wayang dari pengusaha kaya raya. Mengetahui fakta jika Naina adalah anak tunggal, mereka sudah bisa menebak jika Naina adalah anak yang paling di sayang dan di manja.
"Sepatu Naina bagus banget!"
"Woahh ... gue pernah lihat tas yang dipakai Naina di mall. Itu tas limited edition loh, harganya juga nggak main-main."
"Enak banget ya jadi Naina."
"Andai gue bisa jadi pangeran buat Naina."
Seperti itulah kira-kira ucapan para murid SMA Yongsan saat melihat Naina. Semuanya nampak iri dengan kemewahan serta kelebihan yang dimiliki oleh seorang Naina Aldebaran.
Dengan wajah dingin dan kedua tangan yang ia lipat di depan dada, Naina berjalan dengan santai menyusuri koridor kelas.
"Hai Kak Naina!"
"Pagi, Nai."
"Annyeong Eonni!"
Tatapan tajam dengan wajah dingin itu terpancar jelas dari wajahnya saat berjalan memasuki gerbang SMA Yongsan, banyak sekali sapaan yang gadis itu dengar. Namun, ia sama sekali tidak menghiraukannya, bahkan ia sama sekali enggan untuk tersenyum kepada siapapun yang menyapanya.
"Sombong banget, sih!"
"Dasar kulkas berjalan!"
"Bukannya sekolah ngelarang kita buat pakai sweater, ya?"
"Anak sultan mah, bebas."
"Ck, paling juga tas sama sweaternya merek palsu."
Naina, gadis yang sedari tadi dibicarakan anak-anak yang sebenarnya iri padanya itu sama sekali tidak merasa terganggu dengan omongan mereka. Naina menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone, ia lebih memilih untuk mendengarkan musik ketimbang mendengar omong kosong yang sama sekali tidak berguna untuknya.
Saat melewati tepi lapangan futsal, sebuah bola bergelinding dan berhenti tepat di hadapannya. Naina berhenti sejenak, menatap malas bola di hadapannya itu.
"Naina! Tolong oper bolanya kesini, dong!" pinta seorang cowok yang sama sekali tidak Naina kenali. Padahal mereka sempat berada dikelas yang sama saat masa putih biru.
Naina menghela pelan napasnya, binar mata indah itu menatap kerumunan cowok yang sedang menatapnya dengan tatapan memohon agar Naina mau mengoper bola itu kepada mereka.
Dengan wajah tanpa dosanya, Naina menendang bola itu ke arah belakang, membuat bola futsal itu bergelinding ke arah gerbang sekolah. Setelah itu, Naina kembali melanjutkan langkahnya, membuat para cowok mendesah berat. Tak terkecuali Gama yang sedari tadi tak hentinya mengumpati Naina, si gadis arogan yang tidak punya sopan santun.
"Naina!"
Merasa namanya dipanggil, Naina menoleh ke belakang, menatap tajam wajah Gama yang saat ini sedang menatapnya tak kalah tajam.
"Apa?" ketus Naina sembari melepaskan earphone dari kedua telinganya.
Gama menghembuskan kasar napasnya. "Lo mau 'kan gabung sama anak OSIS?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...