Memiliki seseorang di sisimu untuk berbagi rasa sakitmu bisa mengurangi rasa sakit dan memberimu kekuatan untuk melawan rasa sakit itu.
PLAY MUSIC
KAHITNA- CANTIK******
Jika Gama akan kembali pergi dan melakukan hal yang sama, yaitu pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Naina memutuskan untuk menemui cowok itu untuk terakhir kalinya. Naina tidak mau hidup dengan penyesalan, karena itulah ia memutuskan untuk menemui Gama di bandara Gwangju dan mengucapkan salam perpisahan untuk terakhir kalinya.
Setelah sampai di bandara Gwangju, Naina terlihat berlari kesana-kemari untuk mencari di mana keberadaan Gama.
Binar mata indah yang sudah di penuhi air mata itu tak hentinya mencari keberadaan seseorang yang sangat ia sayangi. Naina sangat berharap jika semesta mau berpihak dengannya malam ini, setidaknya Naina harus melihat wajah Gama sebelum cowok itu benar-benar akan pergi.
"Pak, apa pesawat dengan tujuan Amsterdam sudah lepas landas?" tanya Naina dan di balas anggukan dari petugas keamanan yang ada di sana.
Naina tersenyum hambar, dengan langah gontai, Naina membalikkan tubuhnya lalu berjalan untuk segera pulang. Seperti hujan yang harus berhenti berjuang membasahi bumi yang terkadang tidak berterima kasih dengan kehadirannya, mungkin Gama juga harus melakukan hal yang sama. Pergi dan menghilang agar tidak ada lagi yang terluka. Naina tahu betapa terlukanya hati Gama saat ini, wajar saja jika cowok itu berhenti berjuang karena Gama hanyalah manusia biasa, Gama juga bisa merasa lelah. Seperti halnya kedatangan hujan yang di benci bumi, Naina baru sadar jika kedatangan Gama sangatlah berarti untuknya. Hanya saja, Naina terlalu egois, dan karena egonya yang tinggi itulah membuatnya kembali di kekang oleh rasa kecewa yang begitu besar.
Begitulah manusia, saat hujan tidak datang, mereka merindukannya. Namun, saat hujan datang, mereka mala membencinya. Memang dasar manusia, kadang tidak mengerti apa yang mereka sendiri mau.
Langkah Naina tiba-tiba saja terhenti saat melihat Gama sedang berdiri tak jauh dari posisinya saat ini. Iris coklat kelam itu terlihat menatapnya tanpa berkedip dengan tanda besar di atas kepalanya. Gama benar-benar bingung apa yang Naina lakukan di dalam bandara semalam ini, apa mungkin jika gadis itu akan pergi? Namun, Gama tidak melihat satupun tas yang Naina bawa.
Masih dengan wajah datarnya, Naina berjalan ke arah Gama lalu memukul kuat punggung Gama, membuat cowok dengan itu hanya bisa meringis sakit karena pukulan Naina yang tiba-tiba. Gama rasa hari ini ia tidak membuat kesalahan apapun kepada Naina. Namun, kenapa gadis di hadapannya itu sepertinya sangat marah kepadanya?
"Gama kampret!" teriak Naina sembari menatap tajam wajah Gama dengan percikan api di kedua bola matanya. Sementara Gama hanya bisa terdiam kaku sembari menatap lekat wajah Naina yang terlihat begitu marah.
"Lo kenapa, sih? Gue ada salah apa?" tanya Gama dengan hati-hati.
"Lo mau pergi lagi? Kenapa sih lo hobi banget pergi tanpa ngucapin selamat tinggal?!"
"Pergi? Lagi?" tanya Gama masih dalam mode bingung.
Naina memutar malas kedua bola matanya, gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada dan tak hentinya menatap tajam wajah Gama.
"Lo mau balik lagi ke Belanda, iya 'kan?"
"Nggak tuh," jawab Gama.
Mendengar jawaban dari Gama, membuat Naina sedikit merasa bingung. "Terus, ngapain lo di sini?"
"Gue? Gue baru aja nganterin Alden, adik gue."
Skakmat!
Waktu terasa berhenti berputar setelah mendengar jawaban dari Gama yang berbanding terbalik dengan ekspektasinya. Rasa senang, malu, menyebalkan, dongkol, dan beribu perasaan aneh itu menghinggapi perasaan Naina saat ini. Terlebih lagi tatapan Gama yang menatapnya hangat dan tak hentinya tersenyum jahil itu membuat Naina mulai salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...