Definisi Cinta akan berbeda-beda, karena
masing-masing orang yang merasakan. Namun bagiku, cinta adalah tentang sebuah rasa yang membuatku bahagia sekaligus sakit.******
Hari ini adalah jadwal pelajaran olahraga untuk kelas 11-1. Setelah mengganti seragam mereka dengan pakaian olahraga berwarna biru muda, semuanya segera berbaris di lapangan sembari menunggu Pak Ahmad tiba. Guru satu itu memang sangat suka terlambat.
"Lo lihat posting Naina, nggak?"
"Hm, followers semakin naik setelah acara ulang tahun sekolah."
"Sepertinya dia sengaja ngelakuin itu supaya Naina semakin terkenal."
"Eh, menurut lo, Naina beneran ngelakuin hal buruk itu nggak, sih?"
"Udah pasti itu benar. Aneh ya, seorang pembunuh masih bisa hidup dengan nyaman, benar-benar psikopat!"
"Hanya untuk terkenal, Naina rela melenyapkan nyawa pacarnya sendiri!"
Naina, gadis itu segera merebut paksa ponsel Disya lalu melemparnya ke atas lantai, membuat layar ponsel yang tidak bersalah itu sedikit retak karena terkena amukan dingin dari Naina.
"Lo apa-apaan, sih?!" teriak Disya tidak terima dengan perlakuan kasar dari Naina.
Binar mata indah itu menatap tajam wajah Disya sembari melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa kalian nggak ada pekerjaan lain selain ngegosipin orang?!"
Disya dan satu temannya itu nampak terkekeh kecil. "Kita nggak gosipin orang, kita cuman bercanda, dan kebetulan aja orang yang kita jadiin candaan itu lo."
"Kalian bercanda?"
"Iya, kita cuma bercanda. Dasar lo-nya aja yang baperan!"
Sudut kanan bibir Naina terangkat ke atas, gadis itu maju beberapa langkah untuk lebih dekat dengan Disya. Sementara beberapa murid yang ada disana hanya bisa terdiam kaku saat melihat perdebatan kedua gadis itu.
Gio, cowok itu segera menarik tangan Gama yang sedang memakan cemilan di bawah pohon untuk menemaninya merekap kejadian langka ini. Semoga saja dengan vidio ini akan membuat channel YouTube nya menjadi terkenal dan ia akan menjadi kaya raya.
"Lo mau kemana, sih?!" kesal Gama karena tangannya asal ditarik saja oleh si kampret Gio.
Gio segera mengeluarkan ponselnya. "Gue mencium aroma-aroma perkelahian setelah ini!" jawab Gio sembari mengarahkan kamera ponselnya ke arah Naina dan Disya.
"Gue lihat semalam lo jalan sama papanya Sisil, dan gue nggak sengaja lihat lo makan malam bersama di restoran mahal. Gue jadi curiga, apakah kalian berkencan atau lo-nya aja yang mau menguras uang pria paruh baya itu?!" ucap Naina dengan wajah dinginnya.
Tentu saja karena ucapan dari Naina membuat Sisil menatap Disya tak percaya, gadis itu melotot tajam ke arah Disya lalu melanggeng pergi begitu saja, bahkan Sisil sama sekali tidak menghiraukan teriakan dari Disya.
Sementara semua murid yang berada di sekitar mereka kini nampak berbisik-bisik membicarakan tentang Disya yang sudah tidak waras karena telah berkencan dengan Papa temannya sendiri.
"Lo apa-apaan, sih?!"
Disya menatap tajam wajah Naina, satu tangan Disya terangkat ke atas berniat untuk melayangkan satu tamparan keras ke wajah Naina. Namun, Naina segera mengcengkal kuat pergelangan tangan Disya.
Binar mata indah itu kembali menatap tajam wajah Disya dengan percikan api di kedua bola matanya. "Kenapa lo marah? Padahal gue hanya bercanda, dasar lo-nya aja baperan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...