Part 44 (Hope)

571 54 0
                                    

Nggak peka sama nggak ada rasa itu beda, tinggal cari tahu aja tanggapan dia yang mana.

PLAY MUSIC
SONDIA- FIRST LOVE

******

20:30 WIB

"Pak Mamat kemana, sih?" batin Naina sembari menatap jalanan yang sedang dalam fase ramai-ramainya.

Sedari tadi Naina tak hentinya menatap ke arah jalanan berharap supir pribadi Ayahnya itu segera menjemputnya. Entah kesibukan seperti apa yang Pak Mamat lakukan setiap malam hari sehingga pria itu selalu terlambat menjemputnya. Naina benar-benar bosan duduk di depan gedung tempat ia bimbel, belum lagi banyak sekali cowok-cowok yang mencoba untuk menggodanya. Namun, karena ekspresi dingin serta tatapan tajam yang Naina punya, mampu membuat cowok genit itu menjauh darinya.

Jika saja Naina tidak lupa membawa dompet, sudah lama Naina memilih pulang dengan cara menaiki bis. Namun, kartu bis serta semua uangnya berada di dalam dompetnya yang tertinggal di atas meja belajarnya.

Sebenarnya Naina mau saja meminta bantuan Gama. Namun, dikarenakan sifat gengsi yang sudah lama bersarang di dalam diri Naina, tidak memungkinkan gadis itu untuk menelpon Gama duluan. Hal hasil, Naina lebih memilih untuk menunggu Pak Mamat menjemputnya.

"Aishhh ...!" Naina tak hentinya berdecak kesal. Sudah lebih dari lima belas menit ia menunggu Pak Mamat menjemputnya. Namun, batang hidungnya pun sampai saat ini belum kunjung terlihat, padahal Naina sudah mengirimkan pesan sejak dua puluh lima menit yang lalu, dan pria itu membalasnya jika dia sudah on the way.

Binar mata indah itu tidak sengaja menatap seorang cowok yang sedang dikejar oleh beberapa cowok yang terlihat begitu garang, terlihat dari mereka yang membawa beberapa kayu panjang dan tongkat berbahan dasar besi.

Awalnya Naina ingin bersikap cuek dan bodoh amat saja karena ia tidak terlalu suka mencampuri urusan orang lain. Namun, saat menyadari jika cowok yang sedang dikejar itu adalah Nathan, temannya yang paling bobrok, membuat Naina sedikit merasa khawatir. Cowok itu memang sangat suka membuat masalah kepada siapapun.

Naina segera menyandang tas punggungnya lalu berlari memasuki gang sempit untuk menyelamatkan Nathan, entah darimana ia mendapatkan sebuah keberanian sehingga Naina tanpa berpikir panjang ingin menolong Nathan.

Disisi lain, Nathan tak hentinya berdecak kesal karena anak-anak geng motor itu terus saja mengejarnya.

"Nathan!" pekik Naina. Membuat Nathan menghentikan langkahnya saat melihat Naina yang sedang berdiri di hadapannya sembari berkacak pinggang seperti seorang Ibu yang baru saja mempergoki anaknya.

"Naina ...."

"Akh! Akhirnya berhenti juga lo!" kata Devan. Ketua geng motor terkenal yang sangat disegani oleh semua murid sekolah karena cowok itu sangat suka memalaki uang anak-anak sekolahan yang melewati gang-gang sempit.

Nathan hanya bisa pasrah saat Devan dan keenam anak buahnya itu menatap tajam ke arahnya. Nathan segera menarik Naina untuk bersembunyi di belakangnya, entah kesambet apa Naina malam ini sehingga muncul di hadapannya secara tiba-tiba.

"Nat, lo nggak boleh main keluar aja dari geng motor kita!"

"Kalau lo mau keluar, konsekuensinya lo akan kita hajar habis-habisan."

Jika keenam cowok itu tak hentinya menatap serta melontarkan kata-kata pedas kepada Nathan, lain halnya dengan Devan yang sedari tadi terus menatap seorang gadis yang Nathan sembunyikan di balik punggungnya. Gadis itu terlihat sangat cantik dan manis.

JUST BE MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang