Hujan dan kamu adalah rindu. Kita akan menikmatinya dalam senja-senja beranjak pulang. Dalam rasa sayang yang tak akan pernah hilang. Bahkan saat hujan telah berhenti.
Gama Orionis
******
"Kamu tidak perlu merasa bersalah, ini semua bukan kesalahan kamu. Maaf, karena saat itu Tante sempat marah dan membentak kamu. Tante terlalu sakit saat itu, sehingga tidak tahu kalau kamu pun juga terluka."
Eva tersenyum hangat sembari mengusap lembut pucuk kepala Naina dengan sayang. "Tante baru sadar kalau selama ini, Tante terlalu keras mendidik Alex. Tante terlalu mengekang Alex untuk belajar dengan keras. Seiring berjalannya waktu, Tante baru sadar kalau nilai rapor tidaklah penting di dunia ini."
"Tidak perlu belajar terlalu keras kalau kamu tidak menyukainya, lakukan sesuatu yang membuat kamu bahagia."
Setelah mendengar kematian putranya, Eva benar-benar merasa sangat frustasi. Ia benar-benar tak menyangka jika Alex akan mengakhiri hidupnya hanya karena cinta. Karena itulah, saat itu Eva marah besar kepada Naina dan menyalahkan kematian misterius anaknya karena Naina.
Namun, setelah mendengar penderitaan yang dialami oleh Naina, membuat Eva ikut merasa sedih. Cukup lama bagi Eva untuk bisa melupakan semua hal tentang Alex dan menerima kenyataan jika anaknya memang telah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi.
Enam bulan setelah kejadian itu, Eva tidak sengaja menemukan buku diary milik Alex di bawah tempat tidur. Alex memang tipikal cowok yang sangat tertutup, Alex juga tidak pernah marah kepada kedua orang tuanya saat ia kesal. Karena itulah, Alex mengungkapkan semua isi hatinya melalui buku diary miliknya. Alex menuliskan semuanya disana, sebenarnya Alex sudah lama ingin menghilang dari dunia ini, ia benar-benar sudah lelah untuk belajar dengan keras karena permintaan kedua orangtuanya. Namun, otak kecil milik Alex tidaklah sehebat Kakaknya. Alex sudah lelah mendapatkan caci maki dan perlakuan kasar dari Papanya.
Naina tersenyum manis sembari menggengam erat telapak tangan kanan Eva. "Naina minta maaf, Tante. Andai saat itu Naina nggak menjauh dari Alex, Naina yakin Alex nggak akan mengambil keputusan seperti ini. Saya emang egois, Tante, hanya karena saya tidak ingin terluka, saya sudah membuat Alex seperti itu."
Naina terduduk lemas di depan pintu apartemen, membuat hati Eva kembali mengiris ngilu.
"Seharusnya saya tidak pernah hadir di dalam kehidupan Alex, kalau akhirnya saya hanya mengukir luka di dalam hatinya."
"Kamu tidak salah, Sayang. Mau kamu ada atau tidak di dalam kehidupan Alex, Alex tetap akan pergi seperti itu. Ini semua karena Tante yang terlalu mengekang Alex untuk belajar dengan keras," kata Eva sembari menepuk pelan punggung Naina yang nampak bergetar.
Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk masa depan anaknya. Namun, tidak banyak orang tua yang tahu penderitaan anaknya. Apakah mereka baik-baik saja? Apakah mereka makan dan tidur dengan nyaman? Dan apakah mereka bahagia dengan pilihan orang tuanya?
Belajar dan masuk universitas ternama memang menjadi impian setiap anak maupun orang tua. Namun, tidak seharusnya kita sebagai orang tua memaksakan kehendakan kita agar mereka bisa menjadi murid pintar. Setiap anak punya bakat dan keahlian mereka masing-masing. Ada yang tidak pandai dalam segala bidang mata pelajaran, namun mempunyai keahlian di bidang olahraga. Ada yang tidak suka belajar apapun di sekolah. Namun, pandai dalam hal lain seperti bela diri, berdagang, ataupun menulis sebuah cerita. Jadi, jangan terlalu keras dalam mendidik anak ataupun memaksa mereka untuk menjadi siswa terbaik, karena yang akan menjalankannya bukan kalian, melainkan anak itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...