Part 65 (Come Here, Please!)

592 44 1
                                    

Senja itu setia. Dia tak perlu berjanji untuk kembali. Dia hanya butuh waktu untuk menepati. Karena dia tahu, meninggalkan bukan berarti mengusaikan segala harapan. Tapi meninggalkan hanya untuk menguji sebuah kesetiaan.

******

Pagi harinya, Gama memutuskan untuk segera pulang ke rumah karena ia harus kembali bekerja. Namun, lagi-lagi Naina menampakkan raut wajah datar dengan tatapan senduh. Seolah-olah hatinya berkata untuk tidak memberikan Gama izin untuk meninggalkannya. Walaupun Gama paham dengan perasaan itu, Gama tidak dapat tinggal lebih lama dengan Naina. Banyak alasan yang tidak dapat ia jelaskan kepada Naina. Pertama, Gama harus bekerja tepat waktu karena masih banyak kasus-kasus yang belum ia selesaikan. Kedua, Gama benar-benar takut jika Nathan mengetahui hal ini. Ketiga, cepat atau lambat Gama harus belajar melupakan Naina, ia tidak mau hidup dengan penyesalan nantinya.

Di karenakan Naina masih merasa takut tinggal di rumah seorang diri, Naina memutuskan untuk pergi ke salon kecantikan milik Keyla. Temannya satu itu memang sangat feminim dan sangat menyukai dunia kecantikan, karena itulah setelah lulus SMA, Keyla memutuskan untuk mengambil kelas make up dan berhasil membuka salon sendiri.

Jarak antara rumah Naina dan salon milik Keyla tidaklah terlalu jauh. Walaupun begitu, Gama tetap saja mengantar Naina ke sana untuk memastikan jika gadis itu baik-baik saja.

"Tangan lo masih sakit?" tanya Naina.

Gama menatap sekilas wajah Naina lalu beralih menatap baku-baku tangannya yang masih berwarna merah.

"Nggak sakit kok," jawab Gama.

Setelah percakapan singkat itu, tidak ada lagi suara yang terdengar dari kedua insan itu. Keduanya memilih untuk diam sembari berjalan berdampingan menyusuri jalanan kota yang tidak terlalu ramai karena masih pagi. Entah kenapa setelah insiden tadi malam keadaan yang awalnya biasa-biasa saja mendadak berubah menjadi begitu canggung.

Naina yang memang dari sananya sangat hemat bicara kini memilih untuk tetap diam, sementara Gama tak hentinya menggaruk tekuk kepalanya yang tidak gatal saat iris coklat kelam itu tak sengaja menatap Naina yang diam-diam juga sedang menatapnya.

Sedari tadi Gama tak hentinya mengumpati dirinya sendiri. Sebenarnya semalam ia ingin segera pulang setelah memastikan Naina benar-benar sudah tidur. Namun, saat melihat Naina yang sepertinya sedang kedinginan, membuat Gama bergegas mengambil selimut lalu menyelimuti tubuh Naina.

Tangan kekar itu awalnya berniat untuk menyingkirkan rambut Naina dari wajahnya. Namun, tiba-tiba saja Naina menggengam erat telapak tangannya seolah-olah tidak ingin melepaskannya pergi. Keringat dingin serta Naina yang tak hentinya mengigau, membuat Gama tidak tega meninggalkan Naina seorang diri. Hal hasil, cowok itu memilih untuk tetap menemani Naina dan menyalurkan kehangatan saat ia memeluknya. Karena bisa saja semalam adalah hari terakhir Gama bisa memeluk Naina, gadis dingin yang berhasil memikat hatinya sedari SMP. Namun, di saat yang bersamaan, ia harus melepaskan tangan itu untuk kedua kalinya.

"NAINA!" teriak Keyla. Gadis dengan rambut pirang itu segera keluar dari dalam salon lalu berlari menghampiri Naina yang sedang tersenyum.

"Lo baik-baik aja, 'kan? Gue 'kan udah bilang berhenti temenan sama bedebah aneh itu. Wajah lo kenapa kusam gini? Lo belum makan ya? By the way, si kampret Gama ngapain di sini? Dia nggak lagi gangguin lo 'kan, Nai? Oh ... jangan-jangan dia mau ngejar-ngejar lo lagi, ya?"

Tentu saja karena pertanyaan beruntun dari Keyla, membuat Naina terkekeh geli. Setelah sepuluh tahun berlalu, sahabatnya satu ini memang semakin cerewet dan begitu sensitif saat melihat Gama. Sebagai sahabat yang baik, Keyla masih menaruh rasa dendam atas apa yang telah Gama lakukan kepada sahabatnya. Bisa-bisanya cowok menyebalkan itu mencampakkan Naina begitu saja, memutuskan hubungan secara sepihak, dan tidak ada  kabar selama sepuluh tahun lamanya. Seharusnya Gama beruntung bisa berkencan dengan gadis seperti Naina, apalagi sekarang gadis itu sudah menyandang sebagai seorang psikiater. Namun, Gama mala menyia-nyiakan Naina begitu saja.

JUST BE MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang