Semua orang berhak mencintai seseorang, entah itu tokoh utama atau figuran. Namun, saat menyukai seseorang, kenapa sulit sekali untuk menyatakan perasaan?
Revanza Nathan Hermawan
******
Panti asuhan Kasih Bunda
"Kak Naina!"
Suara teriakan dari anak-anak yang berusia berkisar tiga sampai sepuluh tahun nampak terdengar jelas saat Naina memasuki salah satu panti asuhan yang berada tak jauh dari sekolahnya.
Naina tersenyum manis saat mendapati anak-anak yang menyambutnya begitu hangat, bahkan ada anak kecil yang menangis di samping Naina karena gadis mungil itu tak hentinya disenggol oleh anak-anak lainnya.
"Loh, kamu kenapa nangis, hm?" tanya Naina sembari menggendong anak kecil itu.
"Airi kangen banget sama Unnie Naina ...," lirih gadis itu sembari menenggelamkan kepalanya di tekuk leher Naina. Sementara anak-anak lainnya sudah berebutan dengan cemilan yang Naina bawa.
Airi, gadis kecil berusia lima tahun ini memang sangat dekat dengan Naina. Gadis itu tak hentinya menangis jika Naina mengingkari janjinya untuk selalu datang ke panti asuhan setiap dua minggu satu kali.
"Maaf ya, Kakak baru bisa ketemu kamu hari ini, tugas sekolah banyak banget," kata Naina sembari mengusap lembut surai panjang milik Airi.
Naina memang sangat suka berkunjung ke panti asuhan ini sedari ia berhenti homeschooling. Dari sinilah, Naina bisa belajar untuk tetap kuat dan tegar saat mendapatkan masalah. Anak-anak disini memang terlahir kurang beruntung, ada yang terlahir tanpa sempat melihat kedua orangtuanya, dan ada juga yang di titipkan oleh orang tuanya ke panti asuhan karena alasan tertentu, entah karena faktor ekonomi atau memang tidak mengharapkan kehadiran mereka di dalam hidupnya.
Namun, walaupun mereka dibesarkan tanpa kasih sayang orang tua kandung, anak-anak disini tetap bisa bermain, tersenyum, dan tertawa lepas seperti anak-anak lainnya. Walaupun terlahir tanpa orang tua, tidak membuat mereka menyalahkan takdir ataupun benci dengan skenario Tuhan yang diberikan kepada mereka.
Pernah saat itu Naina bertanya kepada salah satu anak yang diasuh disini, Naina bertanya kenapa gadis itu selalu bisa tersenyum bahagia disaat semesta membunuhnya secara perlahan? Dan dengan bijaknya, gadis itu menjawab, jika Tuhan dapat membuat kita kehilangan sesuatu yang tidak terduga. Maka ia pun dapat memberikan kita sesuatu yang tidak terduga pula.
Untuk sejenak, Naina tertegun dengan kalimat bijak yang keluar dari mulut gadis itu. Dulu, Naina benar-benar merasa sangat frustasi saat mengetahui jika Alex pergi dari hidupnya, Naina merasa semesta tidak adil karena telah mengambil seseorang yang sangat berarti baginya. Walaupun saat itu Naina tidak benar-benar menyukai Alex. Namun, Naina tidak bisa membohongi perasaannya jika ia sangat bahagia bisa berteman dengan Alex.
Sebenarnya, Naina ingin datang berkunjung ke panti asuhan Minggu depan. Namun, Karena nilai evaluasinya tidak mencukupi, Pak Revan meminta Naina untuk remedial dengan cara melakukan penelitian di salah satu panti asuhan dengan cara mewawancarai beberapa petugas panti asuhan serta beberapa anak-anak yang ada disana.
Setelah puas bermain dengan anak-anak yang ada disana, Naina memutuskan untuk pulang karena langit sudah mulai gelap, ia juga takut kedua orang tuanya khawatir jika ia pulang terlalu malam.
Saat berada di dalam bis, Naina membuka jendelanya untuk menikmati hembusan angin malam yang terasa sangat menyejukkan.
Naina tersenyum manis saat mengingat betapa manisnya Airi, gadis kecil itu tak hentinya menangis saat Naina pamit untuk pulang, hal hasil Naina harus kembali berjanji untuk menemui gadis itu minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...