Angin sampaikan padanya. Bahwa aku cinta dia. Kuharap dirinya dapat mendengarnya, apa yang kurasa tentang dirinya.
Gama Orionis
******
Akibat ulah seseorang yang menempelkan poster tentang Naina di madding sekolah serta foto gundukan tanah dengan batu nisan bertuliskan nama Alexander, semakin membuat dadanya terasa sangat sesak dan tercekik oleh rasa bersalah. Andai saja Naina tidak pergi meninggalkan Alex saat itu, andai saja Naina bisa kembali ke masa itu, Naina sangat ingin memperbaiki semuanya.
Satu minggu berlalu begitu saja. Naina kira ia tidak akan sanggup lagi untuk sekedar datang ke sekolah, Naina kira hari-harinya akan kembali suram karena banyak sekali anak-anak yang menghujat dirinya. Bahkan ada yang terang-terangan memberikan bunga tulip berwarna putih padanya. Tentu kalian tahu makna bunga tulip, bukan? Bunga tulip putih melambangkan sebuah kesucian, kepolosan, dan kerendahan hati. Oleh karena itu, bunga tulip putih cocok digunakan untuk menunjukkan rasa simpati atas meninggalnya seseorang.
Nathan, cowok itu tak henti-hentinya berkoar-koar kesana kemari untuk menjelaskan jika berita itu tidakkah benar. Nathan jugalah yang tak hentinya memberikan semangat kepada Naina, Nathan tak hentinya membuat Naina tertawa dan melupakan sejenak tentang kejadian buruknya di masa lalu.
"Buat lo, Nai." Nathan memberikan satu botol air mineral kepada Naina yang saat ini sedang duduk di kursi yang berbentuk setengah lingkaran yang berada di bawah pohon rindang.
"Makasih," balas Naina sembari tersenyum manis. Sangking manisnya membuat Nathan tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat melihat senyuman tulus dan manis dari Naina.
Naina tersenyum hangat sembari menatap langit yang berwarna biru terang. "Nat, makasih banyak ya."
Nathan menoleh, menatap bingung wajah Naina dari samping. "Buat apa?"
"Makasih karena lo masih mau temenan sama gue, makasih karena selalu ada disisi gue, dan nggak pernah bosan buat gue tersenyum." Binar mata indah itu menatap hangat wajah Nathan. "Gue bahagia banget bisa temenan sama lo."
Mendengar penuturan dari Naina membuat Nathan ikut bahagia. "Masih ada yang berani bully lo?"
"Mana ada yang berani bully gue, kalau gue punya dear Nathan."
Nathan terkekeh kecil sembari mengacak gemas rambut Naina. Setelah berita yang tertempel di madding sekolah itu menyebar seantero SMA Yongsan, Naina sering sekali mendapatkan gangguan dari anak-anak. Naina memang tidak akan tinggal diam saat ada yang berlaku kasar padanya. Namun, terkadang Naina juga lelah harus berlagak kuat padahal sebenarnya ia sama saja seperti wanita lainnya. Hati Naina tidaklah sekuat baja, ia juga bisa merasakan sakit hati.
"Nai!" panggil Nathan.
"Hm?"
"Nggak tahu kenapa kalau ada yang panggil gue dear Nathan gue mala jijik. Tapi, nggak tahu kenapa kok gue bahagia banget saat lo panggil gue dear Nathan."
"Gue juga pernah berada di posisi itu, waktu SMP dulu banyak banget cowok yang panggil gue Aldebaran, dan gue merasa nggak nyaman di panggil kek gitu. Tapi nggak tahu kenapa, ada satu cowok yang buat gue senang banget di panggil Aldebaran."
Binar mata indah itu kembali menatap lekat wajah Nathan. "Cowok itu bilang kalau Aldebaran adalah bintang paling indah di langit, dan cowok itu merasa kalau gue adalah bintang paling indah di hati dia."
"Tentang Alex, gue boleh tahu dia siapa?" tanya Nathan dengan tatapan yang begitu serius.
Mendengar nama 'Alex' membuat Naina menatap dingin wajah Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...