Untukmu, aku ada kabar baik dan buruk. Kabar buruknya aku sedang berusaha melupakan kamu, dan kabar baiknya aku gagal mencoba untuk melupakan kamu.
Gama Orionis
*******
Setelah selesai membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket karena berkerja seharian penuh, Naina menyadarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidurnya. Ada rasa aneh bersarang dalam hatinya di karenakan Gama tidak mengusik hidupnya hari ini. Bukankah Gama bilang jika cowok itu akan bekerja besok? Lalu, kenapa hari ini cowok itu kembali menghilang? Atau mungkin Gama punya hal mendesak hari ini?
"Kok gue jadi mikirin Gama, sih?"
Seketika Naina sadar dengan pikirannya sendiri, seharusnya Naina senang karena Gama berhenti mengusik hari-harinya. Lagipula wajar saja jika Gama sibuk, jaksa tampan itu pasti saat ini tengah mengintrogasi tersangka sekaligus memberikan tuntutan di depan hakim. Naina jadi penasaran bagaimana penampilan Gama saat memakai pakaian khas seorang jaksa, pasti cowok itu akan terlihat begitu tampan dan keren.
"Astaga!" Naina memukul pelan kepalanya sendiri. "Ayolah, nggak seharusnya lo mikirin Gama saat ini."
Naina mengambil ponselnya yang sedari tadi tergeletak di atas nakas. Banyak sekali spam chat yang ia terima akhir-akhir ini, mulai dari para seniornya hingga spam chat dari Nathan yang tak hentinya merengek meminta traktiran. Naina jadi heran apa cowok aneh itu benar-benar telah sukses dan berjaya atau hanya berpura-pura kaya.
Naina mengerutkan keningnya bingung karena hari ini ia sama sekali tidak menerima satu pesan pun dari Gama, biasanya cowok itu akan selalu menelpon ataupun mengirimkan pesan tidak jelas kepadanya. Walaupun Naina tidak pernah mengangkat panggilan dari Gama, tetap saja cowok itu mengirimkan pesan singkat yang terkadang bisa membuat Naina tersenyum dalam diam.
Setelah puas berseluncur di dunia maya untuk sekedar memposting insta story, kepoin akun idol K-Pop, hingga tarik ulur beranda semuanya sudah Naina lakukan. Namun, matanya tak kunjung mengantuk. Suara daun yang bergesekan karena hembusan angin malam yang cukup deras membuat Naina bergidik ngeri, apalagi saat ini hanya sendirian di dalam rumah. Ayah dan Bundanya sedang bekerja di luar kota, Pak Mamat sedang menemani Ayahnya, dan beberapa ART sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.
Naina menghembuskan kasar napasnya lalu merebahkan tubuhnya untuk segera tidur dengan lampu yang masih menyala dengan terang. Naina yakin hantu tidak akan muncul di tempat yang terang, lagipula benar kata Nathan saat ini, jika hantu datang untuk menakutinya, bisa di pastikan hantu itu yang akan takut terkena amukan dari Naina. Bukan apa-apa, menurut Nathan, Naina jika sudah marah galaknya akan melebihi peran Kak Ros dalam animasi Upin&Ipin dan lebih mengerikan dari singa betina yang sedang kelaparan. Namun, anehnya sampai saat ini Nathan masih tetap menyukai Naina.
"Disana lo nggak sendirian, Nai. Ada gue yang nemenin lo dan akan menjaga tidur nyenyak lo malam ini. Jangan pernah merasa kesepian, karena ada atau nggaknya gue, dekat atau jauh dari lo, gue akan selalu ada di sana. Pangeran tampan lo ini akan selalu jagain lo. Jadi, jangan pernah takut dan merasa kesepian di malam hari, karena bidadari cantik hanya milik pangeran Gama seorang diri. Selamat malam bidadariku, mimpi indah."
Di saat seperti ini entah kenapa Naina jadi teringat kata-kata romantis yang sempat Gama ucapkan beberapa tahun yang lalu kepadanya. Hari itu adalah hari yang sangat melelahkan bagi Naina, hari di mana banyak sekali anak-anak yang menghujat dirinya karena rumor sampah yang Ayla sebarkan. Namun, di saat ia dalam fase tepuruk itu, Gama datang menghampirinya dan memberikan bahu kekar itu sebagai sandaran untuknya.
Bukannya Naina benci dengan kehadiran Gama yang tiba-tiba, hanya saja Naina tak habis pikir dengan jalan pikir Gama saat itu. Gama memutuskannya secara sepihak lalu menyuruh Naina untuk berpacaran dengan Nathan. Bukankah kesannya menyebalkan? Naina merasa ia hanyalah sebuah mainan yang bisa Gama oper kesana-kemari. Naina tahu maksud Gama baik. Namun, kenapa Gama harus menyuruhnya jadian dengan Nathan? Naina bukanlah bola kaki yang bisa asal Gama oper seenak jidat cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...