Masalah terbesarmu adalah kau tidak tahu apa masalahmu.
******
CTEKKK!!
Tiba-tiba lampu yang berada di ruang teater menyala dengan terangnya.
Kedua bola mata Ayla membulat sempurna saat menyadari betapa banyaknya anak SMA Yongsan yang sedang berkumpul di ruang teater. Keringat dingin semakin bercucuran dengan deras saat melihat Keyla, Gama, Gio, dan Darwin yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya saat ini. Apakah ini sebuah jebakan?
"Jadi lo yang selama ini udah fitnah Naina?" tanya Gio dengan percikan api kedua bola matanya.
"Oh, jadi lo yang udah buat Naina sama Alex putus?"
"Sebenci itu ya, lo sama Naina?"
"Munafik banget ya, lo! Di depan sok polos, tapi ternyata ...."
Ayla, gadis itu berusaha untuk tetap tenang walaupun saat ini ia tengah di tatap horor oleh teman-temannya. Mungkin sekitar delapan puluh persen anak SMA Yongsan sedang berkumpul di ruang teater saat ini, membuat jantung Ayla berdetak sangat kencang dengan wajahnya yang sudah pucat pasih.
"Nggak kok, gue nggak kek gitu. Kalian tahu 'kan ibu Siti suruh kita buat hafalin dialog praktek teater, makanya gue sama Tania lagi latihan. Gue cuma iseng aja pake nama Naina di dalam naskah kita," alibi Tania sembari tersenyum manis.
Gama, cowok itu segera memutar video berdurasi dua setengah menit. Semua anak SMA Yongsan bisa melihat video itu dari layar lebar yang berada tepat di belakang Tania dan Ayla saat ini. Video itu berisikan Ayla yang sedang berbincang bersama Tania setelah acara ulang tahun SMA Yongsan serta perbincangan Ayla dan Tania di kompleks perumahan Naina. Tentu kalian masih ingat, 'kan? Saat itu Tania pernah menangis tersedu-sedu karena Naina tetap saja menghindarinya. Lalu, tak lama kemudian Ayla muncul dari tempat persembunyiannya dan mengejek Tania.
💨"Jangan bilang lo yang udah tempel poster tentang Naina di madding sekolah?!" tuduh Tania.
"Iya, kenapa? Karena Naina udah anggap gue sebagai teman, nggak susah buat gue untuk otak atik handphonenya dan ambil fotonya sama Alex."
"Lalu, gimana lo bisa nakutin Naina dengan suara dingin khas Alex?" tanya Tania dengan tatapan tajamnya.
"Tania ... kita ini hidup di zaman modern bukan di zaman arkaekum ataupun di zaman paleozoikum. Apa yang nggak bisa dilakuin kalau lo punya alat canggih dan uang?" katanya dengan seringai iblisnya.
"Gue nggak sabar lihat dia dicampakkan oleh semua orang." Ayla kembali menatap lekat wajah Tania. "Dan gue nggak sabar lihat Gama, saat dia tahu kalau kematian Alex sebenarnya murni kesalahan dari Naina."
Tania menatap Ayla tak kalah tajam. "Jadi, lo benci sama Naina hanya karena itu?"
"Iya, gue benci kenapa harus Naina yang selalu menjadi pusat perhatian anak SMA Yongsan. Gue iri sama kehidupan Naina yang hampir sempurna, Naina punya wajah yang cantik, manis, pintar, suaranya bagus, dan punya orang tua yang baik. Bahkan gue heran kenapa semua orang suka sama Naina padahal gadis itu jarang banget senyum dan dingin. Maka dari itu, udah seharusnya Naina berhenti jadi pusat perhatian!" 💨
Saat itu Gama tidak sengaja melihat seseorang yang memakai hoodie hitam sedang berlari ke arah lorong belakang sekolah, baru saja ia ingin menghampiri orang itu, Tania sudah lebih dulu menghampirinya. Gama benar-benar tidak percaya jika orang yang selama ini meneror Naina adalah Ayla, sahabat Naina sendiri.
Diam-diam, Gama merekam semua perbicangan kedua cewek itu.
Sebenarnya Gama sudah lama curiga kepada Ayla, karena ia sering sekali melihat Ayla keluar dari toilet wanita, lalu tak tak lama ia mendengar suara jeritan ketakutan dari Naina.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...