Part 36 (Perbincangan Manis)

831 56 0
                                    

Memang terkadang, obatnya sakit itu cuma butuh bincang santai, tapi mendalam, bersama satu orang yang pas.

******

"Garell Orionis, sang pengacara ternama memastikan jika semua orang tua harus memperhatikan perkembangan anak-anak mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang agar kasus kenakalan remaja tidak kembali meningkat."

Gama, cowok itu tertawa hambar setelah ia membaca artikel tentang Papanya di salah satu media online. Rasanya kata-kata itu sangatlah tidak cocok untuk Papanya, mengingat Garell yang selalu sibuk dan tidak pernah ada waktu untuknya, Garell bahkan tidak tahu bagaimana sekolahnya, apakah Gama rajin datang ke sekolah atau tidak, dan apakah nilai Gama baik-baik saja agar bisa masuk ke salah satu universitas ternama. Rasanya ia ingin mendatangi orang yang telah menulis artikel tentang Papanya itu sembari berteriak jika semua itu hanyalah omong kosong belaka. Papanya tidaklah sebaik apa yang mereka lihat.

Gama hanya bisa tersenyum hambar saat melihat fotonya yang sedang dirangkul oleh Papanya, walaupun wajah Gama nampak tidak senang. Namun, mereka tetap saja berspekulasi jika dirinya dan Papanya merupakan keluarga yang bahagia, mengingat betapa banyaknya perhargaan serta prestasi yang Gama raih.

"Sampai kapan Papa harus membohongi semua orang kalau dia adalah Papa yang baik?" gumam Gama sembari mengunyah makanannya.

"Apa yang kamu bicarakan!" tegur Garell yang baru saja pulang kerja.

Gama menatap datar wajah Papanya. "Dulu Gama berpikir kalau Papa berusaha keras memenangkan hak asuh itu karena Papa sayang sama Gama."

Iris coklat kelam itu menatap lekat wajah Garell dengan tatapan senang bercampur dengan kecewa, dua perasaan yang tidak seharusnya ia rasakan di dalam satu waktu.

"Tapi ... ternyata Papa hanya ingin dilihat baik oleh semua orang, Papa hanya memanfaatkan Gama agar mereka mengira Papa adalah Papa yang hebat, karena walaupun sibuk, Papa selalu memperhatikan pertumbuhan anaknya. Namun nyatanya? Berbanding terbalik dengan apa yang mereka pikir!" ucap Gama dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.

Kata-kata itu sudah lama bersarang di dalam hatinya, dulu Gama sangat ingin mengucapkan kalimat itu. Namun, ia belum mempunyai cukup keberanian untuk mengucapkannya karena takut akan melukai hati Papanya.

Semakin lama ia memendam perasaan itu, semakin membuat hatinya sakit dan rasa benci kepada Papanya semakin besar. Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat.

Garell menatap tajam wajah Gama dengan kedua tangannya yang mengepal kuat. "Berhenti berbicara omong kosong, kamu sangat persis dengan mama kamu, selalu bertindak bodoh!"

Sudut kanan bibir Gama terangkat ke atas. "Bertindak bodoh? Bukannya Papa yang bodoh disini? Papa rela kehilangan Mama hanya karena pekerjaan dan wanita yang hanya memanfaatkan uang Papa?!"

PLAK!!

Satu tamparan keras mendarat dengan mulusnya di pipi kanan Gama, rasanya begitu panas dan sakit. Inilah kenapa ia sangat membenci Papanya. Garell selalu saja mementingkan dirinya sendiri, pria itu tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Gama. Apa Garell tidak tahu bagaimana terlukanya hati Gama saat mendapatkan perlakuan seperti ini? Apa Garell tidak tahu bagaimana sakit dan perihnya hati Gama saat melihat teman-temannya mendapatkan kasih sayang lebih dari kedua orang tua mereka? Gama memang sudah ikhlas harus menerima kenyataan jika ia harus kehilangan Mamanya. Namun, apakah salah jika Gama meminta sedikit saja perhatian dari seorang Papa?

"Kamu itu sudah cukup dewasa untuk mengerti, sudah seharusnya kamu sadar kalau Papa melakukan semua ini demi kebaikan kamu," jelas Garell.

Gama itu tersenyum miring. "Iya, Gama memang udah dewasa." Iris coklat kelam itu menatap lekat wajah Garell. "Dipaksa dewasa oleh dunia yang makin hari makin bercanda."

JUST BE MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang