Nenek mengatakan alasan orang memiliki dua lengan adalah untuk memeluk orang yang mereka cintai.
PLAY MUSIC
DAVICHI- THIS LOVE******
Sedari tadi Gama tak hentinya menoleh ke belakang, menatap pintu rumah Naina yang masih tertutup rapat. Sebenarnya Naina menyuruh Gama untuk menunggunya di dalam, namun Gama menolaknya secara halus dan memilih untuk berdiri di depan gerbang. Sesekali Gama berbincang santai dengan Pak Mamat yang sedang mencuci mobil, sedikit lawakan dari pria paruh baya itu tak hentinya membuat Gama tertawa. Pantas saja Naina betah sekali ngobrol dengan supir pribadi Ayahnya ini, orangnya ramah, baik, dan tentunya humble.
"Gama!"
Dengan gerakan slow motion, Gama menoleh, menatap Naina yang saat ini sedang berdiri di ambang pintu. Seutas senyuman melengkung begitu saja dari sudut bibirnya saat melihat penampilan Naina yang begitu cantik dan memukau. Walaupun saat ini Naina tetap memasang ekspresi seperti biasanya, yaitu datar, tetap saja berhasil membuat Gama kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan betapa cantiknya bidadarinya itu.
Bukan hanya Gama yang terpesona melihat penampilan Naina hari ini, bahkan Pak Mamat dan Bi Inah pun tak hentinya berdecak kagum. Bi Inah sampai terheran-heran mengidam apa Bundanya Naina saat itu sehingga melahirkan gadis secantik dan semanis ini. Wajahnya yang sudah cantik dari lahir itu semakin terlihat cantik saat di poles make up yang tidak terlalu tebal.
"Eh, ngedip kamu!" gumam Bi Inah sembari menyentil kuat kepala Pak Mamat.
"Aduh, kamu ini suka sekali nyentil kepala saya. Seharusnya kamu itu dandan seperti nona Naina, saya bosen lihat wajah kamu yang gitu-gitu aja," gumam Pak Mamat.
"Ck, ck, ck, harus banget ya, saya dandan buat kamu? Lebih baik saya dandan buat ketemu sama Lee Jong Suk daripada dandan buat cowok jelek kayak kamu," tukas Bi Inah sembari mengibaskan rambutnya ke belakang lalu berjalan menuju dapur dengan wajah datar.
Gama hanya bisa geleng-geleng kepala saat mendengar perdebatan kedua manusia itu. Tak mau menunda banyak waktu lagi, Gama segera berjalan menghampiri Naina. Cowok itu mengulurkan tangannya ke hadapan Naina dan dengan senang hati Naina menerima uluran tangan itu.
Layaknya seorang pangeran tampan yang mempunyai tugas melindungi putri kerajaan, Gama membukakan pintu mobil untuk Naina sembari menunduk hormat, membuat Naina hanya bisa geleng-geleng kepala sembari terkekeh geli. Apa Gama pikir mereka berdua sedang syuting drama romantis saat ini?
Mobil putih itu berhenti di depan gerbang SMA Yongsan, sontak Naina di buat kebingungan kenapa Gama menghentikan mobilnya di tempat ini.
"Kenapa berhenti di sini? Lo lupa bayar SPP atau punya hutang sama pedagang di sini?" tanya Naina sembari menatap lekat wajah Gama dengan tanda tanya besar di atas kepalanya.
"Ada yang lupa," jawab Gama sembari terkekeh kecil.
Melihat Gama keluar dari dalam mobil, Naina ikut keluar sembari mengekori Gama dari belakang. Cowok satu ini memang susah untuk di tebak, alih-alih mengajaknya kencan di tempat indah nan romantis, Gama mala mengajaknya kencan di SMA Yongsan. Naina jadi heran, apa Gama berniat untuk kembali mendaftar lagi di sekolah ini atau ada sesuatu hal yang memang lupa Gama ambil.
Walaupun sudah sepuluh tahun berlalu, sekolahnya masih tetap sama. Warna sekolah serta tatanannya masih sama, tidak ada satupun yang berubah, mala semakin terlihat lebih cantik setelah di renovasi.
Saat ini anak-anak sekolah memang masih menikmati hari-hari libur setelah selesai melaksanakan ujian.
Suasana sekolah yang sunyi seperti ini membuat kenangan berharga itu seketika berputar di dalam memori otaknya. Banyak sekali hal yang ia lalui di tempat ini, susah, senang, sedih, tertawa dan masih banyak kenangan lainnya yang tidak bisa Naina lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...