Part 10 (Dandelion Philosophy)

1.2K 112 6
                                    

Kita tidak akan benar-benar tahu bagaimana perasaan orang. Terkadang orang bisa menggunakan ekspresi mereka untuk menutupi kesedihannya.

******

Menghilangnya Naina dan Keyla membuat panik semua murid SMA Yongsan, tak terkecuali para guru yang ikut panik. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk kepada Naina, bisa-bisa sekolah ini kena tuntutan, mengingat betapa mengerikannya Arka dan Luna ketika marah apabila terjadi hal buruk pada anak kesayangan mereka.

Wakil kepala sekolah segera menyuruh beberapa murid laki-laki untuk ikut membantu mencari dua gadis itu, sementara murid perempuan diintruksikan untuk beristirahat di dalam kamar mereka masing-masing.

"Saya mau ikut, Pak!" teriak Ayla.

"Tidak boleh, Ayla. Saya tahu kamu khawatir dengan kedua teman kamu. Lebih baik kamu beristirahat di dalam kamar, doakan saja semoga mereka baik-baik saja," ujar Pak Jojo.

Tentu saja sebagai wali kelas yang baik dan perhatian, Pak Jojo sangat mengkhawatirkan kedua muridnya itu, jika Ayla ikut mencari mereka, yang ada Ayla bisa ikut-ikutan menghilang.

"Nggak! Saya harus cari Naina sama Keyla!" bantah Ayla.

Pak Jojo mengusap kasar wajahnya, guru itu segera meminta Tania dan beberapa anak OSIS lainnya untuk membimbing gadis tomboy itu menuju tempat penginapan. Terlihat beberapa anak OSIS perempuan yang kewalahan memegangi Ayla karena gadis itu terus saja meronta-ronta sembari menangis tersedu-sedu, membuat suasana yang tadinya panik jadi semakin panik. Tak terkecuali Gama yang saat ini ikut uring-uringan mencari pacarnya. Walaupun merasa takut, Gama, Gio, dan Darwin terus saja menyusuri hutan yang sangat menyeramkan, ditambah lagi suara lolongan serigala semakin membuat ketiga cowok itu bergidik ngeri.

Ketiga cowok itu terus menyusuri hutan, Gama yang biasanya tidak bisa diam jika berada di dekat mereka, kini nampak fokus mencari Naina dengan bantuan cahaya dari ponselnya. Sementara Darwin dan Gio hanya bisa mengekori Gama dari belakang sembari bergidik ngeri.

Sebenarnya Nathan ingin ikut mencari teman baiknya itu. Namun, berhubungan ia sedang tidak enak badan, membuat cowok itu terpaksa pulang duluan karena dijemput oleh Mamanya. Awalnya Ginaya, Mamanya Nathan iseng saja menelpon anaknya itu. Namun, saat Nathan bilang jika ia sedang tidak enak badan dan beberapa kali muntah, membuat wanita paruh baya itu segera on the way menuju tempat penginapan. Walaupun malu, Nathan tetap saja menuruti perintah Mamanya untuk pulang.

"Saha éta, tong ngaganggu kuring, kuring budak anu alus. upami anjeun ngan ukur hoyong ngaganggu Gama sareng Gio," kata Darwin sembari menggosok kedua lengannya yang terasa sangat dingin.

"Lo ngomong apa, sih?" tanya Gio sembari menatap takut wajah Darwin. Sebenarnya kedua cowok itu tidak ingin ikut mencari Naina, karena mereka sangat takut jika harus bertemu dengan hantu. Syukur-syukur kalau bertemu hantu yang cantik, putih, glowing, dan mempunyai senyuman semanis Naina. Namun, bagaimana jika mereka bertemu dengan kuntilanak? Salah satu hantu yang sangat populer di negara Indonesia yang mempunyai hobi tertawa.

"Perasaan lo orang Sunda, deh. Masa nggak tahu, sih!" ketus Darwin.

"Lo pada bisa diem nggak, sih?" pinta Gama sembari menatap tajam wajah kedua temannya yang penakut itu.

"Huaaaa!" teriak Gio dan Darwin. Kedua cowok itu semakin takut kala melihat wajah Gama, cowok kampret itu mala mengarahkan cahaya ponsel ke arah wajahnya. Membuat wajah yang sudah seram itu jadi semakin seram.

Gama memutar malas kedua bola matanya, seharusnya ia tidak mengajak kedua temannya ini.

"Gio, lo mau tahu gimana cara mendapatkan subscribers yang banyak dalam waktu yang singkat?" tanya Gama.

JUST BE MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang