Tidak masalah kalau hanya aku yang terluka, asal jangan dia.
Naina Aldebaran
******
Disisi lain, semua anggota OSIS nampak duduk di ruang rapat dengan wajah mereka yang tidak bersemangat. Karena kejadian memalukan saat puncak acara ulang tahun SMA Yongsan waktu itu, direktur sekolah sangat marah besar kepada anak OSIS. Telinga Gama dan Tania sudah tebal mendapatkan caci dan makian dari direktur utama SMA Yongsan.
Gama, selaku ketua OSIS, hanya bisa menghembuskan pelan napasnya saat melihat ekspresi murung dari teman-temannya.
Cowok itu membuka forum chat grup anak SMA Yongsan, semua penghuni grup itu tak henti-hentinya membicarakan hal buruk tentang Naina. Dan parahnya lagi, Naina hanya diam dan menyimak obrolan itu. Memang dasar Naina, seharusnya gadis itu tidak perlu membaca obrolan itu jika Naina hanya diam dan akan membuat anak-anak semakin berpikiran buruk tentang Naina.
Gama Orionis [Nai, temui gue di ruang OSIS, sepuluh menit lagi. Nggak ada penolakan!]
Setelah mengetikan pesan singkat kepada Naina, Gama kembali menatap teman-temannya sembari tersenyum tipis.
"Gue mewakili kelas 11-1 meminta maaf yang sebesar-besarnya, karena kelas gue, reputasi anak OSIS sedikit terancam," ujar Gama.
Semuanya nampak menunduk lesu. Namun, mereka tidak akan menyalahkan semuanya kepada Naina. Lagipula, acaranya tidak akan menjadi kacau seperti ini jika mereka bekerja lebih keras, karena kelalaian merekalah yang membuat semuanya menjadi kacau dan berantakan.
Walaupun Naina baru beberapa bulan bersekolah di SMA Yongsan, mereka sangat yakin jika Naina adalah gadis baik, terlihat dari cara gadis itu yang selalu membela kebenaran dan tidak membiarkan anak OSIS bekerja dalam keadaan lapar. Naina selalu membelikan mereka roti ataupun nasi kotak saat anak OSIS sedang sibuk-sibuknya bekerja, padahal Naina bukanlah bagian dari anak OSIS.
"Naina ... nggak akan kena skor 'kan?" tanya Darwin dengan hati-hati.
"Lebih baik kalau dia hanya kena skor selama beberapa hari. Namun, direktur sekolah meminta Naina untuk keluar dari sekolah ini secara diam-diam," kata Gama dengan berat hati.
Semuanya menunduk lesu, kecuali Ayla yang saat ini sedang tersenyum lebar. Ia benar-benar tidak menyangka jika rencana jahatnya akan berjalan semulus ini.
"Guys, tetap semangat ya! Dan buat Darwin sama Tania, tolong buat surat pengunduran diri buat Naina. Wali kelas kita sedang tidak enak badan," pinta Gama dan dibalas anggukan kecil dari Tania dan Darwin.
"Gama, gue udah ketik surat pengunduran diri buat Naina!" kata Ayla dengan semangat empat lima, bahkan kedua mata Ayla begitu berbinar seperti orang yang baru saja memenangkan give away.
Semua pasang mata menatap aneh wajah Ayla, bukankah direktur sekolah baru saja membicarakan hal ini kepada Gama?
"Siapa yang suruh lo ketik surat itu? Bahkan Gama baru aja kasih tahu sama kita," kata Tania heran, begitupun dengan mereka yang ada disana.
"Ha? Emm ... itu." Ayla nampak terkekeh kecil sembari memikirkan alasan apa yang harus ia katakan kepada teman-temannya.
"Ah! Gama pernah minta gue ketik surat pengunduran diri waktu itu, jadi gue cuma tinggal tambahin nama Naina aja, iya, ho'oh!" alibi Ayla dengan keringat dingin yang mulai menjalar di sekujur tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Novela Juvenil⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...