Ketika melupakanmu sama rumitnya dengan melupakan hujan. Ketika merasa bahagia dan sakit di waktu bersamaan, merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas, merasa senang sekaligus cemas secara serempak. Apakah ini yang disebut jatuh cinta?
*******
Bel pulang sekolah telah berdering sejak dua puluh menit yang lalu. Namun, Naina masih enggan untuk beranjak dari duduknya. Gadis itu masih setia duduk di rooftop SMA Yongsan, satu-satunya tempat yang mustahil akan Nathan ketahui. Naina sudah jengah melihat wajah Nathan hari ini, sedari tadi cowok aneh itu terus saja mengajaknya berbicara tidak jelas. Mulai dari menanyakan kenapa air laut itu asin, kenapa tidak ada hujan uang, serta apa alasan rambut Upin&Ipin yang belum juga tumbuh hingga saat ini. Cowok bobrok itu menyarankan kedua bocah kembar itu untuk memakai shampo miliknya agar rambutnya cepat tumbuh dengan lebat.
Hari ini adalah hari kedua acara ulang tahun sekolahnya, semua siswa-siswi nampak bahagia saat ikut berpartisipasi dalam setiap perlombaan yang diadakan, kecuali Naina yang seharian ini mengurung dirinya di dalam kelas. Entahlah, setelah kejadian semalam, dimana ia seperti melihat seseorang di rooftop sekolah, membuat Naina semakin dihantui rasa bersalah.
🎶Naege wae ireoneungeonji
(Mengapa kamu melakukan ini padaku?)Nae mameun tto wae ireoneunji
(Mengapa hatiku seperti ini?)Nuneul gamado, gwireul dadado
(Aku memejamkan mataku, aku menutup mataku)Jakku nune balphinda
(Tapi kamu terus datang ke dalam mataku)🎶Lamunan Naina seketika buyar saat ada seseorang yang mengetuk pelan kepalanya, dengan gerakan slow motion, Naina menoleh, menatap Gama yang saat ini sedang tersenyum manis di hadapannya.
"Sejak kapan rambut lo punya jambul?" ledek Naina saat melihat style rambut Gama yang tidak seperti biasanya.
Gama, cowok itu melompat lalu duduk di samping Naina. Iris coklat kelam itu menatap wajah Naina tanpa berkedip sedikitpun.
"Lo keinget kejadian semalem, ya?" tanya Gama.
Naina menatap malas wajah Gama, entah kenapa cowok menyebalkan ini selalu tahu apa yang tengah ia rasakan. Sepertinya Gama merupakan keturunan cenayang yang bisa tahu isi hati seseorang.
"Gama! Semalem gue benar-benar lihat Alex di rooftop sekolah, masa lo nggak percaya, sih?" kesal Naina.
Gama terkekeh pelan. "Disana nggak ada siapa-siapa, Nai. Perasaan lo aja kali!"
Naina mengerucutkan bibirnya kesal karena Gama tidak mempercayai ucapannya.
Tangan kekar milik Gama mengacak gemas rambut Naina. "Wajah lo nggak cocok banget kalau pasang ekspresi sedih!"
"Gama!" teriak Naina sembari memukul tangan Gama agar menjauh dari kepalanya.
"Lo makin jelek plus galak kalau laper, ya! Dasar Nai-Nai!"ejek Gama saat tak sengaja mendengar perut Naina yang berbunyi. Sementara Naina hanya bisa menggerutu kesal sembari menatap tajam wajah Gama.
"Ayo! Gue baru aja pesan pangsit!" ajak Gama sembari menarik tangan Naina menuju basecamp rahasianya.
Setelah sampai di basecamp rahasia milik Gama dkk, Naina hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia benar-benar tak menyangka jika keempat cowok aneh itu mempunyai tempat persembunyian di belakang sekolah. Pantas saja akhir-akhir ini ia tidak melihat Nathan telat datang ke sekolah, rupanya cowok bobrok itu menginap di sini, dimana jarak antara basecamp menuju koridor kelas sebelas hanya beberapa langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...