Aku menyukaimu. Tak peduli seberapa keras aku berusaha untuk tidak menyukaimu, tak peduli seberapa sering aku menghapusmu dalam ingatanku. Semua yang aku lakukan sama sekali tidak berguna sampai aku pun marah dengan semua ini.
PLAY MUSIC
SUNJAE- I'M MISSING YOU******
Gama tak hentinya menghembuskan kasar napasnya setelah ia keluar dari ruang inap Nathan. Sahabat kampretnya itu memang sangat menyebalkan karena tak hentinya menyuruh Gama untuk melakukan banyak hal, mulai dari membelikannya makanan, menyuapinya makan, membantunya ke kamar mandi, dan sekarang cowok kampret itu tak hentinya merengek agar Gama mau membelikannya makanan ringan di kantin.
Sepulangnya dari bekerja, Gama tidak langsung pulang ke rumah, melainkan mengunjungi Nathan yang tak hentinya mengirimkan pesan beruntun meminta Gama agar mau menemaninya malam ini. Sepertinya Nathan merasa sangat kesepian di rumah sakit seorang diri, kedua orang tua Nathan sedang liburan di luar negeri, sebagai anak yang baik Nathan tidak mau merepotkan kedua orang tuanya, makanya Nathan merahasiakan semua ini agar tidak menggangu liburan Mama dan Papanya. Mungkin saja setelah pulang ke rumah, Nathan akan mendapatkan kabar dari kedua orang tuanya jika ia akan segera mendapatkan adik yang selama ini sangat ia dambakan.
Saat Gama ingin berbelok, iris coklat kelam itu tidak sengaja menatap dua orang yang sedang berjalan berdua di koridor yang terbengkalai. Banyak orang bilang jika ruangan yang ada di koridor itu akan segera di robohkan untuk di renovasi ulang, dan ada pula yang bilang jika sepuluh ruangan yang ada di sana mempunyai masa lalu yang begitu tragis, makanya pihak rumah sakit menelantarkan ruangan itu.
Awalnya Gama ingin bersikap bodoh amat, namun saat ia mendengar suara teriakan dari seseorang yang terasa tidak asing baginya, membuat Gama memberanikan diri untuk melewati koridor itu.
Dan benar saja, saat ia mengintip dari balik jendela yang kusam itu, Gama melihat dengan jelas Naina yang sedang ketakutan.
Tanpa banyak pikir panjang, Gama segera mendobrak pintu itu dengan kuat dan tanpa sadar baku-baku tangannya sudah terluka dan mengeluarkan sedikit darah karena tak hentinya memukul pintu. Janjinya tadi malam yang tak ingin bertemu dengan Naina lagi terpaksa harus Gama urungkan, ia tak akan memanfaatkan dirinya sendiri jika sesuatu hal yang tidak ia ingin terjadi pada Naina malam ini.
"GAMA!" teriak Naina. Entah kenapa dari sekian banyaknya orang yang ia kenal, Naina mala memangil nama Gama dengan kuat.
"NAINA!"
Suara teriakan dari arah pintu yang di dobrak secara paksa membuat Devan menatap kesal ke arah pintu. Tak membutuhkan banyak waktu, Gama berhasil mendobrak pintu itu hingga tanpa sadar baku-baku tangannya sudah mengeluarkan banyak sekali darah.
"Jauhin Naina!" teriak Gama dengan lantang lalu memukul kuat wajah Devan hingga cowok itu terpental cukup jauh.
Bugh!
Gama mengcengkram kuat kerah baju Devan lalu memukulnya secara brutal hingga mulut Devan sedikit sobek dan mengeluarkan banyak darah.
Tanpa belas kasihan sedikitpun, Gama terus saja memukul Devan sehingga Devan tidak mempunyai kesempatan untuk membalas pukulan Gama yang begitu kuat.
Naina mencoba untuk berdiri sembari memegang tembok. Walaupun Gama berhasil menyelamatkannya dari aksi gila Devan, Naina tetap saja merasa sangat takut. Bibirnya yang sudah berwarna pucat pasih itu masih terlihat bergetar dengan air matanya yang tak hentinya menetes sangking takutnya. Naina benar-benar tak habis pikir bagaimana jika Gama terlambat satu detik saja membuka pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...