Peranku hanyalah, memandanginya.
******
Malam ini, Gama dkk akan tidur di basecamp rahasia mereka. Hari ini Gama meminta ketiga temannya untuk menginap di basecamp karena Garell sedang berada di rumah. Hal hasil, keempat cowok itu akan bergadang dan menghabiskan waktu mereka bersama malam ini. Walaupun terkadang mereka sering melakukan hal yang tidak berfaedah, seperti bermain game sampai larut malam, lomba makan kuaci, ataupun lomba menghitung beras satu kantung plastik.
Darwin dan Gio nampak sibuk menulis surat permintaan maaf dengan menuliskan 'saya berjanji akan selalu membuat pekerjaan rumah' sebanyak lima lebar kertas double folio. Hukuman itu Ibu Anum berikan kepada anak-anak nakal yang tidak pernah mengerjakan tugas pemberian darinya.
Gama, cowok itu nampak bersandar di sisi sofa sembari memainkan ponselnya. Sementara Nathan, hanya diam mematung seperti sedang bertapa. Cowok aneh itu tak hentinya memperhatikan Gama.
"Kenapa lo nggak datang ke sekolah hari ini?" tanya Nathan.
"Sejak kapan lo tertarik sama hidup gue?" tanya balik Gama tanpa berniat untuk menatap lawan bicaranya
"Ck, baperan banget lo jadi orang. Ngomong-ngomong, lo lagi chattingan sama siapa? Sampe senyum-senyum sendiri lagi, kek orang gila!" ledek Nathan.
"Naina," balas Gama.
"Kalian balikan?"
"Iya."
"Sejak kapan?"
"Udah lama."
Nathan menghidupkan ponselnya, cowok itu membuka aplikasi WhatsApp miliknya, terlihat tulisan online di bawah nama Naina. Namun, gadis itu sama sekali tidak membalas pesannya. Jangankan membalas, Naina bahkan tidak membaca pesan darinya.
"Gue pulang duluan!" kata Nathan sembari menarik jaketnya lalu berjalan menuju pintu keluar.
"Woi, dear Nathan! Mau kemana lo?" teriak Darwin.
"Cari harta kartun!" balas Nathan asal.
Gama hanya bisa menatap punggung Nathan yang semakin menjauh dari balik jendela, tidak biasanya cowok berwajah manis itu memasang ekspresi murung. Apa mungkin temannya satu itu sedang mempunyai masalah?
*****
Pelajaran pertama untuk kelas 11-1 hari ini adalah olahraga, pelajaran yang paling Naina benci. Namun, hal itu tidak berlaku bagi dear Nathan yang sangat menyukai pelajaran olahraga. Sangking sukanya dengan olahraga, Nathan sudah mempunyai tekad untuk mengambil jurusan pendidikan jasmani setelah ia lulus SMA. Nathan juga berniat ingin membuka tempat les musik bersama Naina, entah kenapa dari banyaknya populasi manusia di dunia ini, ia hanya ingin membangun tempat les musik itu bersama Naina.
Suara teriakan heboh menggema di lapangan basket saat melihat para cowok bermain. Namun, ada yang aneh bagi Naina saat melihat teman satu kelasnya bermain, dimana Nathan tidak mau satu tim bersama ketiga temannya. Cowok aneh itu terus saja menatap tajam wajah Gama sembari mendribble bola bakset. Namun, Naina tidak mau ambil pusing. Nathan memang mempunyai otak yang sedikit bergeser. Naina lebih memilih tersenyum hangat saat melihat Gama bermain.
Jika dibandingkan dengan Gama, Nathan memang lebih jago bermain basket. Namun, Naina tetap memberikan semangat penuh kepada Gama.
"Semangat!" ucap Naina pelan sembari mengangkat kedua lengannya ke atas saat Gama melirik sekilas ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...