I will always love you. One and only, Naina Aldebaran.
******
Mobil sports berwarna hitam pekat itu nampak berhenti tepat di depan gerbang SMA Yongsan. Tak berselang lama, seorang gadis cantik nampak keluar dari dalam mobil setelah supir pribadinya membukakan pintu.
Naina, gadis cantik itu berjalan dengan santai menuju kelasnya. Seperti biasa, banyak sekali sapaan hangat yang ia dengar. Dan seperti biasa jugalah, Naina hanya akan membalas sapaan itu dengan senyuman tipisnya.
"Omo! Itu Kak Naina!"
"Hai Naina."
"Gue udah bilang, 'kan kalau Naina itu anak baik."
"I love you, Naina."
"Aku padamu, Eooni!"
"Saranghae, Nuna!"
Merasa risih dengan teriakan anak-anak saat ia mulai berjalan menyusuri koridor kelas, Naina memilih untuk menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone. Ia lebih suka mendengarkan musik Korea dari boy band terkenal, ketimbang gendang telinga seperti akan pecah saat mendengar suara teriakan heboh dari penggemarnya.
"Naina!" teriak Keyla sembari memeluk erat tubuh Naina.
"Em, Nai. Gue sebagai ketua kelas 11-1 minta maaf karena udah biarin rakyat gue bully lo," kata Ardian. Membuat semua anak-anak kelas 11-1 mendekati Naina dengan wajah bersalah.
"Iya, gue udah maafin kalian kok. Gue juga minta maaf karena gue udah permaluin kelas kita, dan maaf karena terlambat mengklarifikasi semuanya," ucap Naina dengan tulus.
"Makasih, Nai!" balas Ardian dan anak-anak lainnya.
Setelah lima hari tidak datang ke sekolah, akhirnya ia bisa kembali belajar di sekolah ini. Untuk alasannya? Naina juga tidak tahu apa yang menyebabkan Arka, yang bisanya tidak suka ucapannya di bantah kini dengan senang hati membiarkan Naina kembali bersekolah di SMA Yongsan. Saat Naina menanyakan apa alasannya, pria paruh baya itu hanya tersenyum manis, seperti ada sesuatu yang salah dengan otak Ayahnya. Walaupun begitu, Naina terus saja berdoa semoga penyakit bobrok dari Nathan tidak berpindah kepada Ayahnya.
"The use of formalin and other dangerous preservatives in food has been serious problem for three reasons ...."
Sebagian murid kelas 11-1 nampak mengerjapkan kedua matanya karena mengantuk, entah kenapa setiap Sir Devit menjelaskan materinya selalu membuat mereka mengantuk. Tatapan tajam serta penjelasan materi dengan menggunakan bahasa Inggris itu selalu berhasil membuat ocehan Sir Devit layaknya obat tidur. Bahkan Nathan saat ini sudah berlayang memasuki alam mimpi.
Bel istirahat berhasil membuat mereka menjerit bahagia, mata yang tadinya ingin sekali terpejam kini mulai terbuka dengan lebarnya.
Nathan, cowok itu segera menggengam erat telapak tangan Naina untuk membawanya makan bersama di kantin.
"Nai, makan bareng di kantin, ya!" kata Nathan dengan senyuman manisnya.
Gama, cowok itu segera memegang lengan kanan Nathan dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Jika orang itu waras, mereka akan tahu jika saat ini Gama sedang terbakar api cemburu. Namun, dengan otak kecil itu, mana mungkin Nathan tahu jika Gama saat ini sedang cemburu.
"Lo duluan aja, gue mau makan bareng Tania sama Keyla," balas Naina lalu segera menarik tangan Keyla menuju keluar kelas Tania, kelas 11-3.
Dengan wajah tanpa dosanya, Nathan menyengir lebar saat melihat tangan Gama yang masih memegang lengannya. Cowok aneh itu mengelus lembut lengan kekar milik Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...