Kesepian? Gue selalu sendiri sejak awal. Entah itu kesepian atau tidak begitu kesepian. Tidak ada yang berubah.
Naina Aldebaran
******
Pelajaran pertama untuk kelas 11-1 hari ini adalah pelajaran bahasa Inggris, salah satu pelajaran yang paling Naina gemari. Namun, hal itu tidak berlaku bagi seperempat siswa-siswi di kelasnya. Bagi mereka yang tidak menyukai pelajaran bahasa Inggris, mereka menganggap ocehan dari sir Devit sama saja dengan obat tidur. Namun, sekuat tenaga murid kelas 11-1 menahan mata mereka yang hendak tertutup, Sir Devit memang tidak akan main tangan atau mengoceh panjang kali lebar jika menemukan murid yang tidak memperhatikan pelajarannya. Namun, sir Devit akan bermain dengan nilai. Jika mereka ketahuan tidur di kelas maka poin mereka akan berkurang sepuluh poin, jika ketahuan makan di kelas akan berkurang lima belas poin dan seterusnya. Jika poin mereka sudah banyak berkurang maka siap-siap mereka tidak akan naik kelas, Sir Devit cukup sensitif jika membahas tentang nilai anak-anak muridnya.
Naina mengangkat tangan kanannya, gadis itu meminta izin kepada Sir Devit untuk beristirahat di UKS. Semalaman Naina tidak bisa tidur membuat kepalanya terasa sedikit pusing.
Wajah Naina yang sedikit pucat itu membuat Sir Devit memberikan izin karena tidak tega membiarkan Naina mengikuti pelajarannya dalam keadaan sakit.
Disinilah Naina sekarang, duduk termenung di atas kasur UKS dengan kedua kaki yang ia luruskan. Kebiasaan Naina adalah tidak bisa tidur selain di dalam kamarnya sendiri, walaupun matanya sudah ingin terpejam. Namun, tetap saja Naina tidak bisa tidur.
"Nal kkaewojul geudaega eomneun gose ...."
(Di sebuah tempat tanpamu, yang bisa membangunkanku.)"Na meomchwoseo neol gidarigo isseo ..."
(Aku disini, menunggumu.)Suara bising dari bilik sebelah membuat kepala Naina semakin terasa pusing. Dengan wajah dinginnya, Naina menarik kuat gorden pembatas antara bilik laki-laki dan perempuan.
"Berisik! Kalau mau nyanyi jangan di UKS!" teriak Naina seraya menatap tajam cowok di hadapannya.
Cowok itu tersentak kaget, sangking kagetnya Nathan hampir saja terjatuh dari kasur karena mendengar suara teriakan Naina yang menggema.
"Balik ke kelas! Gue tahu lo pura-pura sakit," ketus Naina.
Nathan menghela pelan napasnya, ia duduk bersila di atas kasur seraya menatap lekat wajah Naina.
"Semua orang juga tahu kalau gue selalu bolos setiap pelajaran bahasa Inggris," jawab Nathan santai.
"Kenapa?"
"Sebagai warga negara Indonesia yang baik dan benar. Gue mencintai tanah air Indonesia, makanya gue nggak mau selingkuh sama negara lain. Lo tahu kenapa? Karena kata Darwin di selingkuhin itu sakitnya nggak ketulung," jawab Nathan sembari mengangkat kerah bajunya dengan tampang sombong. Seolah-olah perkataan yang baru ia ucapkan itu mempunyai makna yang sangat dalam.
"Lo kelas berapa?" tanya Naina.
Mendengar pertanyaan Naina membuat Nathan kembali tersentak kaget. "Gue satu kelas sama lo, Naina Aldebaran."
Nathan tahu jika Naina sisiwi baru di SMA Yongsan. Namun, gadis itu sudah bersekolah di SMA Yongsan selama satu minggu lebih. Mana mungkin Naina tidak ingat nama ataupun wajahnya yang rupawan ini, sementara murid di kelas 11-1 hanya berjumlah dua puluh lima orang. Apa mungkin Naina mempunyai penyakit pelupa?
"Oh ...." Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Naina. Gadis itu kembali menyandarkan tubuhnya di sisi tembok.
"Lo nggak hapalin nama-nama murid di kelas kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Novela Juvenil⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...