Saat dia berjalan mendekat, jantungku mulai terasa sangat sesak. Dan saat dia memberikan tindakan kecil tak berarti sekalipun, tetap saja memiliki arti yang begitu besar dan spesial bagiku.
PLAY MUSIC
BOLBBALGAN4- SOME******
Waktu istirahat kedua Naina habiskan untuk membaca buku di perpustakaan sekolah. Walaupun ujian masuk universitas masih cukup lama. Namun, tetap saja Naina harus belajar lebih keras agar ia bisa masuk ke universitas terbaik di Indonesia. Iya, Naina memutuskan untuk tetap melanjutkan pendidikan di Indonesia karena kedua orang tuanya tidak mengizinkannya untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Lagipula, Luna takut jika Naina yang suka menyendiri dan dingin itu akan semakin menjadi gadis dingin jika Naina jauh dari kedua orang tuanya. Makanya, Luna dan Arka memutuskan untuk memasukkan Naina ke salah satu universitas ternama di Indonesia.
Untuk memilih jurusan, Naina tetap akan mengambil fakultas kedokteran dan ia ingin menjadi seorang psikiater.
"Naina!"
"Astaga!" kaget Naina sembari menatap Gama yang saat ini tengah tersenyum lebar, "lo nggak ada kerjaan lain selain ngerecokin hidup gue, ya?"
"Pekerjaan gue itu banyak, Nai."
"Paling juga pekerjaan lo cuma belajar dan nempel sama gue," gumam Naina sembari berjalan menuju salah satu meja. Gadis itu segera mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang berada di dekat jendela.
"Pekerjaan wajib gue setiap hari itu ada sepuluh, Nai. Lo mau dengar?" tanya Gama saat ia mengambil posisi duduk di samping Naina.
"Apa?"
Gama berdehem sebentar sembari menatap lekat wajah Naina dari samping. "Pertama, gue harus mandi. Kedua, gue harus makan. Ketiga, gue harus belajar. Keempat, gue harus buat Naina senyum. Kelima, buat Naina tertawa. Keenam, pastiin Naina belajar dan makan dengan baik. Ketujuh, temenin Naina supaya dia nggak kesepian. Kedelapan, pas---"
"Pusing gue dengernya!" potong Naina sembari menutup mulut Gama menggunakan telapak tangannya. Cowok ini memang sangat suka berbicara yang aneh-aneh.
Gama tak hentinya tersenyum saat menatap wajah Naina yang terlihat semakin cantik jika dilihat dari samping. Wajah dingin yang sangat jarang tersenyum itu semakin terlihat manis saat Naina tengah fokus membaca buku.
"Berhenti lihatin gue!" tukas Naina sembari menatap tajam wajah Gama. Naina kira hanya dear Nathan-lah yang sangat suka menempel dengannya. Namun ternyata, Gama bisa lebih menyebalkan dari Nathan.
Alih-alih mendengarkan ucapan Naina, Gama mala semakin menatap lekat wajah Naina yang terlihat sangat kesal.
"Gama, lo udah kepikiran mau masuk universitas mana? Dan ambil jurusan apa?"
"Emmm ...." Gama nampak berpikir panjang. Sebenarnya Gama sangat ingin masuk fakultas hukum. Namun, ia masih bimbang ingin menjadi seorang jaksa atau pengacara. Terkadang, ia juga berpikir ingin masuk fakultas kedokteran. Entahlah, sampai saat ini cita-citanya masih berubah-ubah, ia masih belum tahu ke mana arah tujuan setelah ini.
Asalkan jangan perasaannya kepada Naina yang berubah-ubah:)
"Gue belum tahu mau ambil jurusan apa, tapi gue pengen kita tetap satu universitas, Nai."
"Gue bakalan kuliah di Indonesia, ayah sama bunda nggak ngebolehin gue buat kuliah ke Belanda."
Terdengar helaan napas panjang dari Naina, sebenarnya ia sangat ingin menempuh pendidikannya di negara yang tekenal dengan kincir angin itu. Naina sangat ingin tinggal di negara Belanda dan berbaur bersama orang-orang di sana. Naina sudah cukup bosan jika harus belajar di Indonesia lagi, di mana ia akan kembali melihat wajah menyebalkan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Fiksi Remaja⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...