Apapun itu aku ingin melaluinya bersamamu. Aku ingin menghapus setiap kenangan burukku dengan kenangan indah saat bersamamu.
Naina Aldebaran -- Gama Orionis
PLAY MUSIC
ONG SEONG WOO-- OUR STORY******
Setelah selesai bekerja, Gama segera membereskan barang-barangnya lalu bergegas untuk segera pulang. Kepalanya seperti akan pecah karena banyaknya kasus yang harus ia selesaikan setiap harinya. Di karenakan Gama di tempatkan di unit tindak kriminal, membuat Gama hampir setiap hari harus berurusan dengan mayat. Dan parahnya lagi, setiap kasus yang ia temui selalu mempunyai teka-teki tersendiri yang membuatnya harus memutar otak untuk mengungkapkan apakah mayat itu meninggal murni karena bunuh diri atau di bunuh.
Malam hari ini Gama terpaksa harus pulang menaiki bis karena mobilnya sedang di pinjam Nathan untuk berkencan bersama Tania. Semenjak SMA, temannya satu itu memang selalu merepotkan dirinya. Mobil Nathan saat ini masih berada di bengkel. Minder mengajak Tania berkencan tanpa mobil, membuat Nathan tak hentinya merengek kepada Gama agar sahabatnya yang baik hati dan tidak sombong itu mau meminjamkannya mobil.
Saat melewati jalan raya, Gama tidak sengaja melihat Arka yang sedang memakan mi ayam di temani oleh secangkir kopi hangat.
Seutas senyuman melengkung begitu saja dari sudut bibir Gama, cowok itu segera berjalan menghampiri Arka.
"Malam, Om!" sapa Gama sembari mencium punggung tangan Arka.
"Eh, Gama. Kamu baru pulang kerja?"
"Iya, Om."
Arka segera menyuruh Gama untuk duduk di hadapannya. Pria paruh baya itu segera memesankan satu mangkuk mie ayam untuk Gama. Suara tawa nampak mendominasi keduanya saat ini, suasana yang terasa sangat canggung itu membuat Gama tak hentinya berpikir bagaimana caranya mencairkan suasana bersama calon mertuanya itu.
Setelah selesai menghabiskan satu mangkuk mi ayam, Arka dan Gama memutuskan untuk berbincang santai di taman kota karena kebetulan mereka sedang berada di dekat taman.
"Bagaimana hubungan kamu dengan Naina?" tanya Arka sembari menatap lekat wajah Gama.
"Sejauh ini baik-baik saja, Om."
Arka menghembuskan kasar napasnya lalu beralih menatap langit malam yang di penuhi hamparan bintang yang indah.
"Mungkin sebagian orang yang melihat Naina akan menganggap gadis itu adalah gadis cantik, dingin, arogan, cuek, dan pantas mendapatkan pukulan. Namun, tidak banyak orang yang tahu bagaimana perasaan Naina yang sebenarnya. Sedari kecil, gadis itu selalu merasa kesepian karena ayah dan bundanya selalu sibuk bekerja. Wajah dingin itu hanyalah cara Naina untuk menutupi kesedihannya. Gadis itu berlagak seolah-olah dia nyaman dengan kesendirian, namun jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Naina sangat membutuhkan teman."
Mendengar ucapan Arka, membuat Gama menundukkan dalam kepalanya. Iya, hampir semua orang yang baru mengenal Naina akan mempunyai pikiran yang sama. Dan Gama adalah salah satunya. Awal pertama bertemu dengan Naina, Gama menganggap jika Naina adalah gadis dingin, cuek, dan arogan.
Bahkan di saat Alex meninggal pun, Naina terlihat sama sekali tidak mempunyai rasa penyesalan karena telah mencampakkan Alex. Walaupun semua anak-anak tak hentinya menghujat dirinya karena mereka berpikir Naina-lah dalang di balik kematian Alex, Naina tetap sama diam dan tetap memasang ekspresi datar. Melihat Naina yang selalu diam, membuat Gama menjadi kesal sendiri dan hampir menampar wajah Naina.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BE MINE [END]
Novela Juvenil⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Kenapa lo nggak biarin gue menang, sih? Kenapa lo mala lempar bola itu ke gue?!" teriak Naina. "Buat apa gue lakuin hal itu sama lo? Sementara lo nggak pernah anggap gue ada!" jawab Gama dengan wajah datarnya. "Apa lo...