Part 04 (Who Are You?)

2.1K 157 14
                                    

Jika mencintaimu akan semenyakitkan ini, buat apa aku pernah percaya kalau jatuh cinta itu indah?

Unknown

******

Mobil yang di kendarai Pak Mamat, selalu supir pribadi Arka berhenti di depan gerbang SMA Yongsan. Naina segera turun diikuti Arka yang ikut mengantar Naina sampai pintu gerbang. Bukan apa-apa, kemarin sore Arka mendapat kabar yang kurang mengenakan dari sekretaris-nya. Walaupun kabar itu belum mempunyai bukti yang akurat. Namun, tetap saja Arka mengkhawatirkan Naina.

"Belajar yang bener, nggak ada pacar-pacaran dulu sebelum lulus wisuda," pesan Arka sembari mengusap lembut pucuk kepala Naina dengan sayang.

Entah kenapa ucapan Arka membuat Naina teringat Gama. Karena ucapan cowok itu semalam, Naina sama sekali tidak bisa tidur. Semalaman Naina uring-uringan tidak jelas di dalam kamarnya, bahkan Naina sama sekali tidak bisa fokus saat belajar. Aneh bukan? Padahal Naina sama sekali tidak menyukai Gama. Tapi kenapa wajah cowok itu selalu muncul di dalam pikirannya? Sepertinya rasa bencinya kepada Gama semakin bertambah karena cowok aneh itu kembali membuat masalah kepadanya.

"Naina masuk dulu, udah mau bel. Ayah hati-hati!" kata Naina sembari melambaikan tangannya kepada Arka.

"Peluk dulu dong!" pinta Arka, membuat Naina tersenyum manis lalu memeluk tubuh Arka yang masih terlihat gagah, walaupun umurnya sudah tidak muda lagi. Arka hanya bisa bertemu dengan Naina selama satu minggu dalam satu bulan. Karena itulah, setiap Arka ada waktu luang. Arka akan mengantarkan jemput Naina dan memanjakan putri kesayangannya itu.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedang tersenyum miring saat melihat kedekatan antara Naina dengan Arka. Tangannya mengepal kuat dengan wajahnya yang memerah menahan amarah. Ia semakin membenci Naina, karena tidak seharusnya Naina bisa tersenyum seperti itu, apa Naina lupa dengan kesalahan yang pernah gadis itu buat?

"Gue nggak akan tinggal diam, Naina. Gue bakalan buat hidup lo semakin hancur. Wajah dingin lo itu nggak akan bisa menutupi semuanya. Lo harus rasain seberapa menderitanya gue karena lo," gumamnya sembari tersenyum miring.

Ancaman dari Gama kemarin sebenarnya sangat menggangu pikiran Naina, ia benar-benar sangat takut jika Gama akan membongkar identitasnya yang sebenarnya, ia hanya takut kejadian yang sama akan kembali terulang. Sangking gugupnya, tangan Naina sedikit gemetar saat membuka pintu kelas 11-1. Dengan wajah dinginnya itu, Naina menatap sekeliling kelas yang mulai ramai. Namun, tidak ada tanda-tanda kehadiran Gama di sana. Bahkan bangku cowok itu masih kosong, apa Gama belum datang? Semoga saja cowok itu lenyap dari bumi ini.

Naina segera duduk di bangkunya, binar mata itu menatap ke arah jendela yang menghadap langsung ke arah lapangan basket. Binar mata indah itu tak sengaja menatap dua remaja yang sedang bermain kejar-kejaran di tengah lapangan basket, pemandangan seperti itu membuat kelopak mata Naina mendadak terasa sangat panas. Dari sini, Naina bisa melihat seorang cowok yang tak hentinya tertawa saat melihat teman ceweknya yang kewalahan mengejar dirinya, terlihat dari keringat serta napas yang terengah-engah, sudah bisa mendeskripsikan jika cewek itu mulai kelelahan mengejar teman cowoknya.

Cowok itu berlari menghampiri teman ceweknya, cowok itu tersenyum hangat sembari merapikan rambut temannya yang sedikit berantakan. Bahkan cowok itu mengelap keringat temannya tanpa rasa jijik sedikitpun. Melihat kemesraan kedua remaja itu membuat dada Naina seketika terasa sangat sesak, hatinya terus saja menjerit sakit.

Naina memejamkan kuat kedua matanya dengan dadanya yang terasa sangat sesak.

"Hai, Nai! Lo nggak mau makan ini?" tanya Nathan sembari menarik bangkunya agar bisa duduk di samping Naina.

JUST BE MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang