57. Let me love you with my way

13 3 0
                                    

Ana berteleport..

Ana bisa melihat dengan jelas..

Wily tampak kesal duduk di kursi panjang tepat di luar ruang interogasi.

Ana menghampiri
"Ada apa?"

Wily menengok ke arah ana yang kini duduk di sebelahnya.
"Gue nggak bisa baca pikirannya, nggak tau kenapa"

"Kok bisa"Ana heran
"Biar gue yang periksa orang itu"

"Loe yakin na?"Tanya wily

Ana mengangguk.
"Biar cepat di temukan senjata pembunuhnya"ucap ana

"Baiklah kalau begitu"

Saat masuk ke dalam linyi ada di ruangan.

Linyi kaget melihat ana.
Tapi linyi tau kalau ana punya kemampuan.
Pasti wily meminta bantuan ana pikir linyi.

Pria itu di borgol.

Badannya terikat di kursi, wajahnya menyeringai jahat.

Ana menyentuh bahu pria itu.

Ana terperanjat..

Pantas wily tidak bisa membaca pikiran lelaki ini.
Pria ini memiliki kemampuan menutup pikiran.
Mampu menghipnotis korbannya.

Ana menggunakan kekuatan kristal miliknya..

"Mengapa loe membunuh wanita itu?"Tanya ana.

Pria itu terkekeh.
"Semua wanita penggoda pantas untuk mati"

"Seberapa buruk atau jahat seseorang kau tetap tidak berhak untuk membunuhnya"ucap linyi.

Perkataan linyi membuat ana jadi teringat orang-orang jahat yang lenyap karena ana menggunakan purple sword.

Ana juga melenyapkan para pemilik black stone.

Linyi benar..
Apa gue sama kejamnya dengan orang ini.

"Bagaimana, kau bisa melihat di mana dia menyembunyikan senjatanya?"bisik wily pada ana yang terdiam.

Ana mengangguk.

"Pria ini menyembunyikan senjatanya di bawah pasir di tutup batu tepat di bawah sebuah pohon kelapa"Ujar ana
"Wanita itu bukan korban yang pertama, dia sudah membunuh lebih dari lima kali"

Pria jahat itu menatap ana.
"Bagaimana kau bisa tau"Pria itu melotot pada ana.

Wily menelepon gery yang masih berada di lokasi menyuruh gery untuk memeriksa.

Linyi mengajak ana keluar ruang interogasi.

Linyi membelikan ana minuman kemasan dari mesin penjual otomatis.

"Apa kau baik-baik saja?"Tanya linyi.

"Apa membunuh itu kejam dan tidak terampuni?"Tanya ana menunduk memegangi minuman kaleng kemasannya.

"Setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda ana, kalau menurutku setiap manusia itu berhak hidup sejahat apapun mereka"

Linyi menghela nafas.
"Orang yang membunuh karena terpaksa untuk membela dirinya sendiri dengan yang memang sengaja itu berbeda"

"Pria sakit jiwa tadi membunuh untuk kesenangan..Itu kejam"Linyi berkata lagi"Seorang polisi pun bisa membunuh untuk melindungi..itu karena terpaksa, gue juga pernah menembak mati seorang penjahat yang menyandera seorang anak"

"Aku juga pernah membunuh"ucap ana pelan teringat orang-orang jahat yang mencoba mencelakai dirinya atau orang di sekitarnya.

Linyi tersenyum..
"Kau pasti membunuh untuk menjaga diri atau melindungi itu sangat jauh berbeda..Anggap saja kau itu tokoh jagoan wanita pembela kebenaran..Mereka juga membunuh kan"

My Imagination Love 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang