17 - painful

1.1K 174 15
                                    

Dari cangkir sederhana itu, terlihat asap mengepul di udara, sementara aroma khas teh menguar ke mana-mana. Jemari lentik Rosé bergerak mengaduk teh di depannya, sedangkan tangan kanannya sedang memegang ponsel yang tersambung dengan panggilan bersama Ibunya. Selama beberapa detik, Ia menyesap tehnya lalu mendesah sejenak. Sungguh nikmat.

"Kau mendengarku tidak, Park Chae Young?

Rosé meletakkan kembali cangkir tehnya. "Tentu saja, eomma,"

"Apakah eomma harus terbang ke Korea untuk menengokmu? Apakah kau sebegitu sibuknya sampai tidak mengabarkanku bahwa kamu sempat sakit kemarin?"

Mata Rosé menangkap kedatangan Lisa. Gadis berponi itu terlihat kelelahan dan banjir keringat. Pasti dia baru saja kembali dari studio tari. Mulutnya bergerak menanyakan, apakah kau sudah makan?

Rosé mengangguk sambil mengacungkan jempol. Tak lama, gadis itu keluar dari ruangan mereka - mungkin mencari makan.

"Aku hanya tidak mau membuat eomma khawatir disana," intonasi Rosé melembut, siapa tahu Ibunya juga ikut menurunkan intonasinya.

Tetapi sama saja. Wanita itu masih saja mengomel. "Ya sudah jika kamu tidak mau mengabari eomma. Eomma kan sekarang sudah punya informan baru,"

Alis Rosé terangkat. "Informan? Siapa informan eomma? Alice unnie?"

"Jika eomma memberitahumu, bukankah identitasnya akan terungkap?"

Rosé mendengus. Ia tidak sadar, Jennie di hadapannya tersenyum geli karena tahu siapa informan yang dimaksud Ibu Rosé.

"Baiklah, terserah eomma. Sudah dulu ya? Kami sedang menyicil tanda tangan mini album,"

Ibu Rosé kembali berseru, "Jangan minum obat tidur lagi, Chae Young ah! Jika aku mendengar itu, kami akan membawamu pulang ke Australia. Mengerti?"

"Ne, eomma. Jaga dirimu baik-baik ya? Titip salam untuk appa. Saranghae,"

Rosé menutup panggilan sambil menghela napas panjang. Ia sudah berusaha sekerasnya untuk menyembunyikan hal-hal yang akan membuat keluarganya khawatir, tapi ternyata semuanya sia-sia. Orangtuanya pasti tahu. Siapa sih yang memberitahu mereka? Rosé kan hanya tidak ingin membuat appa dan eomma nya khawatir. Apakah itu salah?

"Dengarkan kata Ibumu, Chae Young ah. Jangan terlalu memaksakan dirimu. Kau punya kami, ada Jungkook juga. Jangan sampai sakit lagi, arraseo?" sambil sibuk dengan tumpukan album di hadapan mereka, Jennie menasehati Rosé.

Rosé tersenyum tipis lalu mengangguk, kemudian segera melanjutkan pekerjaannya.

Jennie tak sadar, anggukan dari Rosé hanyalah sebuah formalitas. Rosé tetaplah Rosé. Gadis polos yang tidak akan mau menambah beban pikiran orang-orang disekitarnya.

~~~

Seorang vocal coach menekan beberapa tuts di atas keyboard, membentuk akord C mayor. Kemudian Ia berseru, "Lip trill on C major!"

Para namja itu langsung mengikuti intruksi dari sang coach. Walaupun saat istirahat mereka selalu bercanda, saat latihan hal itu harus dihilangkan. Profesionalitas tetap nomor satu.

"Kyungsoo, humming on D major,"

Do Kyungsoo langsung membentuk mulutnya berdasarkan arahan. Tentunya demi kualitas vokal yang lebih baik, Ia harus melakukannya dengan total pula.

TournesolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang