Sejak tadi, Jungkook tak henti-hentinya tersenyum kecil sambil memandang kalender di ponselnya. Mengetahui beberapa jam lagi dirinya menginjak umur dua puluh satu tahun (umur Korea), bukankah itu adalah hal yang sangat mendebarkan? Kira-kira, kejutan apa saja yang Jungkook dapatkan untuk ulangtahunnya tahun ini----
"Iya, aku tahu besok ulangtahunmu. Tapi bisakah kau tutup saja kalender itu? Kau seperti bocah yang baru pertama kali merayakan ulangtahun, tahu?"
Jimin mendudukkan diri di sebelah Jungkook sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sementara Jungkook hanya mendelik, tak terima jika dirinya diolok seperti anak kecil. Apakah tidak boleh seseorang merasa senang karena hari ulangtahunnya? Dasar, Jimin hyung. Sulit sekali sepertinya melihat Jungkook senang.
Daripada berlarut-larut kesal kepada lelaki disebelahnya itu, lebih baik Jungkook menghubungi Rosé. Biar saja Jimin ikut kesal. Jungkook mau sengaja memamerkan kemesraannya dengan Rosé didepan Jimin. Memang hanya dia yang bisa membuat orang sebal? Huh, Jungkook pun ahli dalam hal ini.
Tangan Jungkook segera bergerak untuk menghubungi kekasihnya itu. Jam di ponselnya menunjukkan pukul sembilan malam. Bukankah seharusnya Rosé sudah tidak sibuk----
"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Panggilan akan dialihkan menuju pesan suara--,"
Jungkook menatap layar ponselnya tak percaya. Apakah ini serius? Rosé tak mengangkat panggilannya? Apakah dia sibuk?
"Chae Young, huh? Tidak diangkat?"
Saat kepala Jungkook menoleh, wajah Jimin sudah berada sangat dekat dengannya. Ia hampir melempar ponselnya karena kaget. Telapak tangannya segera digunakan untuk mendorong wajah Jimin.
"Mengapa kau dekat-dekat denganku, hyung?" Jungkook bertanya ngeri.
Jimin tertawa kencang--tak menghiraukan pertanyaan Jungkook, lalu tersenyum meledek, "Benar kan? Chae Young tidak mengangkat panggilanmu berusan?"
"Haish," wajah Jungkook memerah, "Bukan urusanmu," sahutnya ketus lalu memilih untuk berdiri dari sofa dan masuk ke dalam kamarnya.
Eh, sebentar,
Langkah kaki Jungkook tiba-tiba terhenti. Jimin yang sedang tertawa keras untuk meledek Jungkook saja menjadi terdiam.
"Ya, Mengapa kau berdiam seperti itu?" tanya Jimin parno. Melihat Jungkook tiba-tiba berdiri kaku membuat Jimin agak takut.
Jimin berdiri, lalu mendekati Jungkook. Jari mungilnya menekan-nekan bahu Jungkook. "Ya, bicaralah----"
"Apakah ini salah satu bentuk prank dari Rosé?" gumam Jungkook tiba-tiba.
Jimin menatap Jungkook bingung.
"Kau kerasukan ya?" tanya Jimin cepat.
Sesaat, Jungkook tersenyum lebar, matanya nampak berseri-seri. Ia menggenggam tangan Jimin, lalu kembali bertanya,
"Hyung, kau tidak usah menutupi ini. Chae Young tidak mengangkat karena dia sedang berpura-pura menghindariku, bukan?"
Mulut Jimin menganga.
Jungkook menjentikkan jarinya puas,
"Reaksimu membuatku semakin yakin. Pasti ini adalah bagian dari prank,"
Jimin masih menatap Jungkook kebingungan.
"Baiklah, kau tidak perlu memberitahuku detailnya. Nanti jika aku tidak terkejut, pasti Chae Young akan kecewa. Santai saja, aku tidak akan berusaha menghubunginya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tournesol
Fiksi Penggemar- rosekook fanfiction - ps : this is an ongoing story, so dont forget to save this on ur library! <3 Siapa sih yang bisa menangkal pesona seorang Roséanne Park? Baik di atas panggung maupun di dunia nyata, gadis itu memang layak disebut bidadari. Ba...