20 - care

966 171 14
                                    

Rosé terbangun dengan keadaan sakit kepala. Ia meringis sejenak, lalu terkejut karena diranjangnya ada ketiga member grupnya yang juga sedang tertidur. Semalam, mereka tidur disini? Seranjang dengannya? Bukankah mereka punya ranjang sendiri-sendiri? Ada apa ini?

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Tanpa berniat membangunkan teman-temannya, Rosé turun dari ranjang. Sesaat, dunia yang dipijaknya terasa berputar. Rosé berpegangan sejenak pada tembok di sebelahnya. Kepalanya terasa sangat sakit. Apa karena semalam Ia terlalu banyak menangis?

"Oh, kau sudah bangun, Chaeng?"

Rosé menoleh, mendapati Jennie sedang terduduk dengan mata menyipit.

"Baru saja, unnie," balas Rosé dengan suara serak. Haish, mengapa suaranya jadi seperti ini sih?

Seakan menjawab pertanyaan Rosé, Jennie berkata, "Kau lupa semalam kau menangis sampai jam berapa? Jangan heran kenapa suaramu seperti itu,"

Rosé tersenyum malu. "Apa kau ada obat sakit kepala, unnie?"

"Oh, kau sakit kepala juga?" Jennie turun dari ranjang. "Rasakanlah. Salah siapa kau terlalu menyalahkan dirimu sendiri dan berakhir seperti ini," ujarnya santai lalu keluar dari kamar Rosé. Mungkin Ia ingin mengambil obat dari bawah.

Rosé terdiam. Benarkah Ia terlalu menyalahkan dirinya sendiri? Sepertinya tidak. Ia memang pantas disalahkan---

"Ya, unnie. Bisakah kau singkirkan tanganmu dari wajahku?" suara Lalisa terdengar seperti orang yang sedang mengigau. Rosé melirik dua orang yang masih ada di atas ranjang. Astaga, dalam tidurnya saja Lisa sadar jika tangan Jisoo ada di atas wajahnya. Tanpa sadar Rosé terkekeh geli.

Jennie, Jisoo, dan Lalisa. Mereka sangat perhatian pada Rosé. Ah, beruntungnya Rosé memiliki mereka.

"Park Chae Young! Kemarilah!" Jennie berseru dari bawah.

Rosé segera keluar dari kamar, lalu menyusul unnie nya itu. Di dapur, Jennie sudah mengenakan apron di badannya. Ia terlihat gesit mengeluarkan nasi dari rice cooker, lalu Rosé bisa melihat asap mengepul dari panci di atas kompor. Kapan unnie nya menyiapkan ini semua?

"Dini hari tadi saat kau sudah tidur, Jisoo unnie dan Lalisa memasak nasi dan sup ini supaya bisa dihangatkan di pagi hari. Tahukah kau siapa yang meminta mereka melakukan itu?"

Rosé termangu. "Ibuku?"

Jennie tersenyum sejenak.

"Jungkook,"

Mwo? Rosé tak bisa berkata-kata. Seketika Ia teringat, semalam Rosé berusaha menghubungi Jungkook, tetapi lelaki itu tak menjawab. Rosé tahu betul dan paham Jungkook sedang sibuk. Dan ternyata...disela sela kesibukannya, Jungkook bahkan melakukan ini?

Ternyata Rosé terlalu polos untuk tahu bahwa banyak orang yang menyayanginya di dunia ini.

"Semalam dia menelfonmu ketika kau sudah tidur. Mianhae, aku mengangkatnya dan menceritakan semua itu,"

Alis Rosé terangkat. "S-semuanya?"

Jennie mengangguk santai. "Ya, semuanya. Bagaimana aku bisa merahasiakan itu jika dia sangat mendesakku?"

Rosé bertanya takut-takut. "Unnie, kau--kau tidak menceritakan isi pesanku dengan..Baekhyun oppa, bukan?"

Eh? Jennie terdiam sejenak. Karena Rosé terlihat khawatir dengan itu, Jennie segera menggeleng, lalu menjawab, "Tentu saja tidak,"

Bahkan Jungkook sudah mengetahui itu semua, Chae Young ah. Batin Jennie miris.

Rosé menghembuskan napas lega. Kemudian Ia berniat untuk ke kamar - mengambil ponselnya. Namun, Jennie menahannya.

TournesolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang