42 - panic

919 169 21
                                    

"Bagaimana menurut kalian?"

Rekaman lagu yang terputar sejak tadi di dalam studio terhenti. Teddy Park memandang keempat member Blackpink satu persatu, meminta mereka untuk mengutarakan pendapat yang ada di kepala setelah mendengarkan lagu tersebut. Ini pertama kali Rosé, Lisa, Jennie, dan Jisoo mendengarnya. Mereka pun lupa kapan mereka menyelesaikan rekaman untuk lagu itu, dan ternyata sudah selesai. Teddy Park memang selalu penuh kejutan.

Tiba-tiba Lalisa menepuk tangannya, lalu memberi jempol kepada Teddy, "Keren, oppa! Kapan lagu ini dirilis?"

Teddy menghela napas, lalu mengangkat bahunya, "Kau yakin bertanya padaku? Mana kutahu. Bukan aku yang berhak mengatur perilisan lagu kalian. Berdoa saja semoga lagu ini diizinkan rilis oleh Yang Hyun Suk itu,"

Jennie dan Jisoo sontak tertawa.

Yang Hyun Suk. Orang yang selalu menjadi topik perbincangan mereka setiap bertemu di studio. Entah itu berupa candaan seperti yang dilakukan oleh Teddy Park barusan, atau gerutuan karena tak terima dengan keputusan bos YG itu. Bagi mereka, membicarakan bos sendiri adalah salah satu hal yang sangat menghibur di sela-sela kesibukan yang mereka miliki. Bukankah wajar-wajar saja melakukan itu asalkan tidak ketahuan?

"Kau suka lagu ini, Chae Young-ah?"

"Ne?" Rosé tersentak dari lamunannya. Bukankah tadi mereka sedang asyik tertawa-tawa? Mengapa tiba-tiba Teddy memanggilnya?

Teddy berdecak kecil, "Bagaimana lagu ini menurutmu?"

"Ne?" Rosé berfikir sejenak, "Ah, tentu saja keren, oppa. Kau tak perlu meragukan komposisi musik buatanmu,"

Jawaban Rosé tidak membuat Teddy puas. Entahlah, Ia tak tahu apa yang ada di pikiran gadis itu. Biasanya Rosé selalu kritis jika menyangkut musik, dan tak henti memberi masukan untuk lagu-lagu mereka--

Sebentar,

Sepertinya Teddy tahu apa yang sedang terjadi.

"Kau lapar, Chae Young-ah?"

Lisa seketika menggembungkan mulutnya. Tak lama, tawa cempreng gadis itu pecah memenuhi seisi studio.

Rosé tersenyum lebar lalu tangannya bergerak mengusap perut ratanya, "Apakah bunyi perutku tidak terdengar karena lagu tadi terlalu keras?"

"Mengapa kau tidak bilang sejak tadi, Chae Young-ah?" sahut Jisoo sambil ikut tertawa.

Teddy menggeleng-geleng, "Sudahlah, lebih baik kalian makan dulu. Aku malas berbicara dengan orang yang sedang lapar. Sana, pergilah," usir Teddy.

"Kau serius, oppa? Kami boleh pergi sekarang?" Rosé berdiri lalu menatap Teddy dengan mata berkilat senang.

Mata Teddy melebar. Ia bersidekap lalu menatap Rosé sebal,

"Tidak usah bicara seakan aku mengurung kalian disini ya! Cepat, pergilah. Kalian mau aku berubah pikiran----"

Lisa buru-buru berseru senang,

"Yeay! Ayo, semuanya! Kita tinggalkan Teddy oppa!"

Teddy hanya bisa menatap kepergian keempat gadis itu dengan gelengan kepala. Mengapa merawat keempat gadis itu rasanya persis seperti merawat bocah dari taman kanak-kanak ya?

~~~

"Kita makan apa ya?"

"Makan ramen di sore hari sepertinya enak,"

"Masa sih? Bagaimana jika kita makan sushi?"

"Tidak usah bertanya jika kau sudah punya jawabannya, Lalisa,"

TournesolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang