23 - tell' em

928 175 29
                                    

"CHAE YOUNG AH?! ADA APA INI?!

Jennie berteriak histeris. Dari pintu dorm, Rosé masuk dengan tubuh basah karena hujan. Rambut panjangnya tampak lepek. Mata gadis itu memerah. Apa yang terjadi?

Lalisa dan Jisoo berlari dari lantai dua setelah mendengar teriakan Jennie. Mereka ikut mematung di tangga ketika melihat Rosé.

Gadis itu terlihat gemetar. Ia tampak ringkih sekali. Jisoo buru-buru mengambil handuk dan selimut dengan acak dari dalam kamar. Persis saat Jisoo mencapai tempat Rosé berdiri, gadis itu merosot ke lantai. Ia tak kuat lagi menahan bobot tubuhnya.

"Rosé ah!" Lisa berseru panik lalu segera menghampiri Rosé dan Jisoo. Mereka segera membungkus tubuh Rosé dengan handuk dan juga selimut. Wajah Rosé terlihat pucat. Setelah mereka melepas masker dan topinya, barulah mereka melihat gigi gadis itu bergemeletuk menahan dingin.

"Unnie, apakah aku melakukan hal yang salah?" dengan tingkat kesadarannya yang rendah, Rosé masih menyempatkan diri untuk menanyakan itu pada Jisoo yang sedang panik disebelahnya.

Jisoo tak menjawab ucapan lirih Rosé. Ia malah berseru kepada Jennie, "Jennie ya! Cepat hubungi dokter Gwang Hyun!"

Kemudian Jisoo berkata pada Lisa, "Lalisa, ambilkan baju Rosé,"

Jisoo berusaha bersikap tenang. Ia segera membuka mantel Rosé yang basah, lalu membungkus tubuh Rosé dengan selimut tebal yang tadi Ia ambil.

"Unnie, jawab aku. Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?" Rosé terus meracau.

Lalisa datang membawakan baju Rosé. Ia segera membantu Jisoo untuk menggantikan baju Rosé yang basah kuyup. Kulit Rosé terasa sangat dingin. Apa yang dia lakukan sampai keadaannya menjadi seperti ini?

"Ayo, Chaeng. Berdirilah," Jisoo memegang pundak Rosé - membantunya untuk berdiri. Mereka memapah Rosé untuk naik ke kamarnya. Gadis itu seperti tidak punya tenaga sama sekali. Apa sih yang dilakukannya?

Jennie berlari mengambil air hangat dari dapur lalu menyusul ke kamar. Dokter akan datang dalam lima belas menit. Ia sengaja tak menghubungi managernya. Ia tak mau urusan ini menjadi semakin pelik.

"Aku benar-benar meninggalkan Chanyeol oppa, unnie,"

Jennie, Jisoo, dan Lalisa seketika terdiam.

Bahu Rosé kembali terlihat bergetar.

"Apakah aku terlalu jahat padanya?"

Mata Rosé memanas lagi. Dadanya terasa sesak. Wajah penuh keputusasaan Chanyeol hadir di ingatannya.

"Unnie, jawablah aku," Rosé memohon dengan suara parau. "Perasaan bersalah ini terus menghantuiku, unnie,"

Jennie tak suka melihat Rosé seperti ini. Rasanya Ia ingin menonjok Park Chanyeol sekarang juga. Ini bukan salah Rosé sama sekali. Ini salah lelaki itu. Kesalahan Rosé hanya satu,

Dia terlalu polos dan selalu menyalahkan dirinya sendiri.

"Ini----"

"Bisakah kau berhenti menyalahkan dirimu, Park Chae Young? Apakah kau tak tahu apa yang sudah kau lalui karena terlalu polos dan jatuh cinta pada lelaki itu? Aku benci denganmu yang seperti ini, Chae Young ah. Bisakah kau menghilangkan sifatmu itu?"

Jennie dan Jisoo termangu. Ia tak percaya kalimat itu keluar dari mulut seorang Lalisa. Mata Lisa terlihat berkaca-kaca. Ia menahan tangisannya.

Lisa beranjak dari ranjang, mengambil sesuatu dari kolong - kemudian bertanya marah, "Bisakah kau jelaskan apa ini, Park Chae Young? Mengapa kau tak memberitahu kami tentang ini? Bukankah kita keluarga?"

TournesolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang