Telinga Rosé samar-samar mendengar sesuatu. Oh, apakah itu suara ponselnya? Tangan gadis itu segera bergerak meraba nakas di sebelah ranjangnya. Setelah Ia berhasil meraih ponsel itu, mata Rosé menyipit sesaat--melihat siapa yang sudah menghubunginya di pagi hari yang indah ini-----
Shit.
Itu hanyalah alarm.
Argh. Rosé menggeram sesaat. Dasar, alarm menyebalkan---
"Untuk apa kau memasang alarm sebanyak itu jika sampai sekarang kau tidak mau beranjak dari ranjang?"
Jennie berdiri di pintu kamar Rosé sambil bersidekap. Bajunya basah, di dahinya terlihat bulir-bulir keringat yang menempel.
"Kau dari mana, unnie?" bukannya menjawab pertanyaan Jennie, Rosé malah balik bertanya sambil mengeratkan selimutnya.
Jennie menghela napas lalu duduk di ranjang Rosé, "Aku sudah menghabiskan dua jam untuk berolahraga, dan kau masih bergelung dengan selimutmu. Apakah begini caramu menghabiskan waktu senggang?"
Dengan mata masih menutup, Rosé mendudukkan diri. Perlahan mata itu terbuka, lalu tangan Rosé bergerak menggosok-gosok matanya sejenak, "Kapan lagi aku bisa tidur selama ini?"
Mata Jennie memutar sebal, "Siapa suruh kau sering begadang untuk melakukan panggilan video dengan pacarmu? Kau sendiri kan yang mau?"
Rosé nyengir, "Apa lagi yang bisa aku lakukan jika pacarku itu sangat sibuk?"
Kepala Jennie menggeleng-geleng, lalu Ia berdecak-decak sambil menatap Rosé prihatin, "Beginilah jika seseorang sudah diperbudak cinta,"
"Unnie!" seru Rosé tak terima.
"Wae?" balas Jennie polos.
"Kau akan merasakannya sendiri jika kau sudah memiliki kekasih. Tidak usah mengolokku seperti itu," dengus Rosé sebal.
Jennie hanya menatap Rosé datar, lalu berkata, "Cepatlah, bangun. Bukankah kau ada kelas pilates?"
"Baiklah, baiklah----"
Ponsel Rosé tiba-tiba berbunyi.
"Jungkook?" tanya Jennie penasaran.
"Semoga," Rosé nyengir lalu segera meraih ponselnya. Ketika Ia melihat siapa yang menghubungi, Ia agak kecewa. Ternyata bukan Jungkook.
"Alice unnie," ucap Rosé pada Jennie.
Jennie mengangguk, "Baiklah. Aku akan memasak dulu,"
Sepeninggal Jennie, Rosé segera mengangkat panggilan itu.
"Yeoboseyo?" sapa Rosé.
"Yeo--Ya! Mengapa suaramu terdengar lesu? Tidak suka aku menghubungimu?"
Rosé buru-buru memberi alasan, "Aku baru bangun, unnie. Nyawaku belum terkumpul---"
"Alasan. Kau berharap dihubungi kekasihmu, bukan?"
Rosé terdiam sesaat, kemudian segera mengubah topik, "Ada masalah apa, unnie? Tak biasanya kau menghubungiku di pagi hari seperti ini,"
"Aku hanya ingin mengabari. Baru saja aku turun dari pesawat," ucap Alice Park tiba-tiba.
Alis Rose bertaut, "Ya! Kau kemana lagi, unnie----"
"South Korean,"
Mata Rosé melebar, "Mwo? Jinjja?"
"Mengapa kau tak percaya?"
Rosé menyilangkan kakinya di atas ranjang, "Apakah kau se-rindu itu padaku? Bukankah belum lama ini kita baru bertemu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tournesol
Fiksi Penggemar- rosekook fanfiction - ps : this is an ongoing story, so dont forget to save this on ur library! <3 Siapa sih yang bisa menangkal pesona seorang Roséanne Park? Baik di atas panggung maupun di dunia nyata, gadis itu memang layak disebut bidadari. Ba...