19 - girl's talk

1K 178 17
                                    

Di restoran mewah itu, alunan musik terdengar syahdu memenuhi penjuru ruangan. Tak banyak orang yang datang ke sana. Restoran itu memang terkenal fancy di Korea Selatan, dan hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke dalamnya. Tak perlu takut juga dengan yang namanya reporter, ataupun sasaeng sekalipun. Restoran itu sangat menjunjung tinggi privasi para pengunjungnya.

Di hadapan Rosé, seorang wanita berambut sebahu tampak tersenyum ramah kepadanya. Ya, itu Wendy. Mereka tak hanya berdua, di kursi seberang ada Jennie dan juga Irene. Kedua gadis itu tampak akrab karena sudah lama saling mengenal. Untuk Rosé, ini adalah kedua kalinya bertemu dengan Wendy. Ya, setelah pertemuan tidak menyenangkan saat itu.

"Apa yang ingin kau pesan, Chae Young ah? Hmmm, yang kutahu pasta disini sangat enak," Wendy mulai berbicara sambil membuka buku menu di hadapannya.

Rosé tersenyum kikuk. "Yaa, mungkin aku akan memesan itu,"

Beberapa menit kemudian, mereka selesai dengan pesanannya. Pelayan selesai mencatat, lalu pergi meninggalkan mereka.

Wendy tersenyum pada Rosé, lalu bertanya dengan topik yang ringan dulu sambil menunggu pesanan mereka datang, "Bagaimana Blackpink? Apa yang sedang kalian lakukan?"

Rosé berusaha rileks lalu menjawab, "Hmmm, sebentar lagi kami akan mengeluarkan EP versi Jepang. Sudah tahap akhir sih. Bagaimana dengan Red Velvet, unnie?"

Gadis kelahiran 1994 itu menyandarkan tubuhnya pada kursi. "Sama dengan kalian. Sebentar lagi kami akan mengeluarkan mini album lagi, mungkin sekitar bulan Juli,"

"Wow, bukankah kalian baru saja mengeluarkan album awal bulan kemarin?" Rosé bertanya takjub.

"Ya, benar. Aku juga tidak tahu mengapa kami mengeluarkan mini album dalam rentang waktu yang tidak terlalu jauh," Wendy terkekeh.

Rosé mengangguk-angguk. Red Velvet memang salah satu grup yang produktif sekali. Ia pun suka mendengar lagu-lagu mereka yang didominasi dengan kekuatan vokal kelima membernya itu. Boleh dikatakan, Rosé juga mengidolakan mereka.

Beberapa menit selanjutnya, mereka saling terdiam. Wendy sedang memeriksa ponselnya, sedangkan Rosé hanya memandangi Jennie dan Irene dengan tatapan iri karena percakapan mereka terlihat sangat seru. Andai saja mereka bisa menggabungkan meja. Mengingat ada topik sensitif yang mungkin saja akan dibicarakan, Jennie menyarankan mereka untuk duduk terpisah. Huh, menyebalkan.

"Mmm, Chae Young ah?"

Rosé menoleh. Oh, Wendy sudah selesai dengan ponselnya. "Ya, unnie?"

Gadis itu meletakkan kedua sikunya pada meja, lalu menatap Rosé lurus-lurus. "Kau...ingat kan tujuan kita bertemu? Ada yang harus kubicarakan denganmu,"

Jantung Rosé mulai berdegup kencang, sementara di kepalanya mulai berseliweran kemungkinan-kemungkinan negatif yang akan Wendy bicarakan. Semoga saja firasat Rosé salah.

"Ya, unnie. Bicaralah," Rosé mengangguk, berusaha terlihat santai.

Wendy menghela napas panjang, lalu berkata, "Sejujurnya, aku mau minta maaf padamu,"

Mata Rosé melebar. "Unnie? Apa yang kau bicarakan?"

Wendy menggeleng, lalu menatap Rosé dengan rasa bersalah. "Saat itu, aku benar-benar tidak tahu kalau--kalau kau dan Chanyeol oppa----"

Rosé menggeleng-geleng. Ia segera menghentikan ucapan Wendy, "Tidak, tidak, unnie. Hentikanlah. Itu bukan salahmu,"

"Mianhae, Chae Young ah," Wendy masih memintamaaf. "Aku juga bersalah pada Chanyeol oppa. Kupikir dia masih sama seperti dulu. Apa kau tahu apa yang terjadi dulu antara aku dengan Chanyeol oppa?"

TournesolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang