"Kau pikir hanya kau yang bisa melarangku untuk tersenyum pada lelaki lain tetapi berani berfoto dengan seorang gadis? Tentu saja tidak. Aku juga bisa melakukan itu. Lihat saja,"
Rosé menutup panggilannya dengan cepat. Wajahnya memerah menahan kesal. Tangannya segera melempar ponsel ke atas ranjang dengan sekali sentakan. Kepalanya terasa berdenyut karena gejolak emosi yang memenuhinya. Kilas ingatan saat Jungkook berada dekat dengan IU sunbaenim dan terus-terusan memujinya membuat Rosé ingin memakan seseorang saat ini juga.
Ternyata ini ya rasanya cemburu?
Mulut yang ingin terus berkata kasar dan memarahi siapapun yang ada, pikiran negatif yang terus-terusan berseliweran di kepala, mood terasa sangat tidak enak.
Ayolah, bagaimana cara mengatasi ini?
Apakah Rosé terlalu kekanakan karena merasa iri kepada gadis yang diidolakan kekasihnya itu?
Argh, entahlah.
Rosé menghela napas sejenak--berusaha menenangkan diri. Ia rasa, dirinya telah berubah seratus delapan puluh derajat hanya karena rasa cemburu itu.
Dimana Roséanne yang manis? Kemana menghilangnya sosok kalem itu?
"Memang kau yakin bisa membalasnya?"
Suara seseorang di belakang Rosé tak membuatnya bergeming sama sekali. Ia malah makin menelusupkan wajahnya di celah bantal--seakan sedang mencari kehangatan disana dan tidak akan peduli dengan kehadiran siapapun---
"YA! LALISA! APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Rosé hanya dapat berteriak panik ketika merasakan seseorang menarik kakinya dari atas ranjang. Entahlah apa yang akan terjadi. Yang jelas, beberapa detik kemudian--Rosé sudah berada di atas lantai kayu kamarnya, dengan wajah Lalisa yang ada di belakangnya--menatapnya dengan wajah tak berdosa.
Sambil menahan denyutan yang mulai menjalari tubuhnya, Rosé melirik Lisa tajam,
"Sayangnya ini hari natal. Aku akan berdosa besar jika membunuhmu di hari suci ini, Lalisa,"
Lisa langsung tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan senang. Melihat Rosé menahan sakit dan terlihat ingin membunuhnya adalah suatu hiburan tersendiri bagi Lisa. Ternyata menyiksa teman yang sedang bertengkar dengan kekasihnya jauh lebih menyenangkan dibanding apapun di dunia ini.
"Ya! Kau tidak mau meminta maaf?" protes Rosé ketika Lisa tak henti-henti mengeluarkan tawanya.
"Untuk apa? Kau saja tadi sengaja tidak mendengarkan ucapanku," balas Lisa tak mau kalah setelah berhasil menghilangkan rasa gelinya.
Rosé memajukan bibirnya kesal, "Seharusnya kau paham mengapa aku tidak mau menanggapi perkataanmu. Kau tidak tahu aku sedang kesal?"
Lisa tersenyum manis sambil memegang lengan Rosé, "Maka dari itu, aku hanya ingin menghiburmu----"
"Dengan menarikku dari atas ranjang? Orang gila," potong Rosé sengit.
Sambil mengelus pahanya yang terasa sakit, Rosé perlahan berdiri, lalu beranjak untuk kembali naik ke atas ranjang. Suasana hatinya makin memburuk karena Lalisa. Iya, Rosé tahu sikapnya tadi gegabah--seakan mau membalas perlakuan Jungkook padahal Ia tak bisa melakukan apapun. Tetapi sebagai sahabat, bukankah seharusnya Lisa menghibur atau memberi Rosé solusi? Mengapa gadis itu malah mengejeknya seakan tidak bisa berbuat apapun----
"Jadi, kau akan berdiam saja di kamar tanpa melakukan sesuatu?"
Rosé memejamkan matanya cepat, "Hmm,"
![](https://img.wattpad.com/cover/265821912-288-k189.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tournesol
Фанфик- rosekook fanfiction - ps : this is an ongoing story, so dont forget to save this on ur library! <3 Siapa sih yang bisa menangkal pesona seorang Roséanne Park? Baik di atas panggung maupun di dunia nyata, gadis itu memang layak disebut bidadari. Ba...