update kedua 30 Maret 2022--
~~~
"Do you still think of him?"
"Everyday."~~~
"Kamchagiya!"
Seseorang terdengar terkejut, kemudian menyusul suara pintu yang ditutup dengan sekali sentakan.
"Sejak kapan kau disini? Kau mau menggantikan pekerjaanku atau bagaimana?"
Pertanyaan Teddy dibiarkan melayang di udara begitu saja. Rosé memilih untuk terus memejamkan mata dibalik tudung hoodie yang sengaja Ia pakai guna menutupi wajahnya. Rasa kantuk masih bertahan di mata Rosé, dan kedatangan Teddy benar-benar tidak diharapkannya untuk saat ini.
"Ini jam tujuh pagi, Rosé. Kau seharusnya masih ada di dorm atau sedang sibuk mempersiapkan comeback kalian mendatang. Aku tak berharap kau hendak mengacaukan pekerjaanku di hari yang indah ini,"
Sepertinya Rosé memang tidak berniat membalas perkataan Teddy sama sekali. Setelah bermenit-menit berlalu pun, gadis itu tak menunjukkan tanda-tanda hendak mengeluarkan suaranya. Posisinya pun tak berubah. Hanya terlihat pundaknya yang bergerak naik turun, seiring dengan dengkuran halus yang terdengar sesekali dari mulutnya.
Gadis itu benar-benar tidur.
Teddy menarik kursinya, lalu duduk tepat di hadapan Rosé, mengamatinya dalam keheningan.
Pertanyaan terlintas di benaknya.
Apakah gadis ini sengaja datang sepagi ini ke studio hanya untuk tidur?
Ayolah. Sejak kapan studio menjadi tempat yang lebih nyaman untuk tidur daripada kamar sendiri?
Teddy merogoh saku celananya, meraih ponselnya cepat, kemudian mengetikkan sesuatu untuk seseorang.
Pesan dari Jennie membuat Teddy mendengus kecil, lalu segera melirik Rosé yang masih tertidur pulas.
Sejak kapan kelas pilates pindah ke studio?
Dasar, gadis aneh.
Teddy kembali memasukkan ponselnya, tak berniat untuk membalas pesan itu. Kemudian Ia bersidekap, menyandarkan punggungnya di kursi, lalu mengamati gadis yang sedang tertidur pulas di sofa itu.
Apakah Rosé tidak bisa tidur semalaman dan memilih untuk kabur ke tempat ini---
"Apakah kau tidak bekerja, oppa? Sampai kapan kau mau memperhatikanku dari kursi jelekmu itu?"
Teddy membulatkan matanya sambil menatap Rosé horor. "Wah," serunya dengan kepala yang menggeleng-geleng heran. "Kau masih bisa mengolok kursiku dengan matamu yang tertutup itu?"
Tubuh Rosé bergerak mencari posisi yang lebih nyaman. Matanya terbuka selama beberapa detik sebelum kembali tertutup, "Aku hanya tidur, oppa. Mengapa kau melihatku seakan aku ini hendak mati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tournesol
Fanfiction- rosekook fanfiction - ps : this is an ongoing story, so dont forget to save this on ur library! <3 Siapa sih yang bisa menangkal pesona seorang Roséanne Park? Baik di atas panggung maupun di dunia nyata, gadis itu memang layak disebut bidadari. Ba...