"Nice, Lisa. Rosé, giliranmu!" Teddy park berseru sambil mengutak-atik sesuatu di komputer besarnya. Kemudian Ia menoleh ke arah Rosé, dan mendapati gadis itu belum bergerak dari posisi duduknya.
Jennie yang mendapati hal itu berinisiatif untuk memanggil Rosé. "Chae Young-ah,"
Panggilan dari Jennie belum mampu membuat Rosé sadar akan dunia di sekelilingnya. Gadis itu masih saja terdiam dengan ponsel di tangannya.
Lalisa pun mengambil alih.
"PARK CHAE YOUNG!"
Rosé mengangkat pandangan dari ponsel yang dipegangnya. Terlihat Jennie, Lalisa, dan Jisoo ditambah Teddy Park sedang kompak memandanginya. Gadis berambut panjang itu mengangkat alis, lalu bertanya polos,
"Ada apa?"
Sungguh. Ekspresi polos Rosé sekarang membuat keempat orang lainnya di studio itu speechless. Mereka tak bisa berkata-kata lagi. Sebenarnya mereka tak kaget dengan kelemotan Rosé akan sesuatu, tetapi kali ini...mereka benar benar tak habis pikir. Mengapa gadis itu lama sekali loadingnya?
Teddy Park menghembuskan napas pasrah. "Masuklah, giliranmu,"
"Aku?" Rosé masih bertanya bingung.
Lalisa berdecak kesal. "Iya, Park Chae Young,"
"Ooh, baiklah," balas Rosé riang sambil meletakkan ponselnya di tas, kemudian Ia segera berjalan masuk ke dalam ruang recording.
Teddy Park menggeleng-geleng. "Siapa sih lelaki yang membuatmu terus terusan memegang ponsel? Sepertinya aku harus melaporkanmu ke manager, Rosé," candanya.
Jennie, Jisoo, dan Lalisa bertatapan. Kemudian ketiga gadis itu tertawa kompak. Sementara Rosé di dalam hanya bisa mendengus sebal. Kenapa Ia jadi di bully?
"Laporkan saja, oppa. Lagipula aku tidak berkencan. Apa yang mau dilaporkan?" balas Rosé sambil memasang earphone.
Lalisa menyahut. "Laporkan saja, oppa. Chae Young bahkan berkencan dengan dua lelaki sekaligus!"
Rosé melotot. "Ya! Lalisa! Aku bisa mendengarmu loh! Apa maksudmu?"
"Kau tidak usah mengelak, Rosé ya. Jelas-jelas dalam sehari kau pergi dengan dua lelaki yang berbeda. Dia memang playgirl, oppa," Jisoo ikut mengompori sambil tertawa geli.
Teddy tertawa dibalik maskernya. Keempat gadis itu selalu saja blak-blakan di depannya. Ia memang sudah seperti kakak laki-laki bagi Blackpink. Coba saja ada manager mereka, Teddy yakin keempat gadis itu tidak akan berani bercanda dan membicarakan tentang "lelaki". Bisa-bisa habis diinterogasi deh. Apalagi ketika sedang bekerja seperti ini. Huh, habis mereka.
"Siapa itu, Chae Young ah? Mengapa kau tak curhat padaku?"
Rosé melotot tak percaya. Mengapa Teddy oppa ikut-ikutan alih alih memintanya untuk segera bernyanyi? Haish, ini semua gara-gara mulut ember keempat rekannya!
"Teman saja, oppa. Kau tahukan aku suka menjalin relasi dengan banyak orang," elak Rosé.
"Ya! Jangan berbohong! Jika hanya teman mengapa kau kembali dengan mata sembab dan suara serak seperti habis menangis? Kau seperti gadis patah hati,"
Aduh, Lalisa. Gadis itu memang multitalent. Salah satu talent nya ya itu, bergosip. MENGAPA IA MENCERITAKAN ITU PADA TEDDY OPPA?!?! Apakah Ia tidak bisa menahan ucapannya sedikit saja???
Rosé melepas earphone nya, membuka pintu ruang recording, kemudian berbicara dari situ sambil menunjuk Lisa,"Haish, mengapa kau membicarakannya disini? Aku bahkan tak pernah membicarakan soal Bambam di depan Teddy oppa. Tutuplah mulutmu, Lalisa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tournesol
Fiksi Penggemar- rosekook fanfiction - ps : this is an ongoing story, so dont forget to save this on ur library! <3 Siapa sih yang bisa menangkal pesona seorang Roséanne Park? Baik di atas panggung maupun di dunia nyata, gadis itu memang layak disebut bidadari. Ba...