Sesuatu di pojok ranjang bergetar, membuat Rosé yang baru saja ingin memejamkan mata kembali terduduk dengan wajah mengantuk. Tangan kurusnya segera meraih benda itu. Seketika, matanya melebar ketika melihat siapa yang menghubunginya. Rosé buru-buru memperbaiki posisi tubuhnya, lalu segera mengangkat panggilan video itu.
"Eomma!" Rosé berteriak senang begitu melihat wajah Ibunya di layar. "Aku sudah menunggu panggilanmu sejak tadi,"
"Jinjja? Eomma pikir kau sedang sibuk. Makanya eomma baru menghubungimu sekarang,"
Bibir Rosé mengerucut sejenak, "Aku sangat merindukanmu, eomma,"
Clare Park ikut mengerucutkan bibirnya, seakan hendak mencium Rosé dari seberang sana, "Aigo, eomma juga merindukanmu, Chae Young-ah,"
"Ngomong-ngomong, dimana appa?" Rosé bertanya tiba-tiba karena biasanya Ayahnya selalu ada di sebelah Ibunya ketika melakukan panggilan video. Namun kali ini? Dimana Ayahnya?
Ibu Rosé mengibaskan tangannya, "Ayahmu sedang sibuk memasak,"
Alis Rosé terangkat, "Bersama Alice unnie?"
"Tentu saja," Clare Park mengangguk. "Tiba-tiba Alice membawa banyak sekali bahan makanan dan meminta ayahmu untuk membantunya menyiapkan barbeque malam ini,"
Rosé memberengut kesal, "Kau membuatku semakin ingin pulang, eomma,"
Clare Park tertawa lepas. Dari layar ponselnya, Ia tahu putri bungsunya sangat ingin pulang. Namun bagaimana jika pekerjaan gadis itu tidak memungkinnya untuk bolak-balik ke Melbourne? Yang bisa Ia lakukan sebagai Ibu hanya rajin-rajin menghubungi, dan sebisa mungkin tidak memamerkan kegiatan mereka di rumah. Supaya apa? Ya, supaya Rosé tidak semakin kangen dengan----
"Chaeng! Mengapa kau tidak membalas pesanku? Aku masuk ya!"
Suara itu seketika membuat keduanya terdiam. Keadaan menjadi hening.
Rosé buru-buru menoleh horror ke arah pintu kamarnya. Berharap suara barusan adalah halusinasinya, dan pintu itu tidak akan terbuka.
Satu,
Dua,
Ti---
Sayangnya, itu semua bukanlah halusinasi.
Pintu kamar Rosé terbuka, menampilkan seseorang dengan hoodie besarnya--masuk begitu saja tanpa rasa bersalah. Wajahnya terlampau polos untuk seorang lelaki yang tidak tahu bahwa Ia sedang masuk ke dalam kamar seorang gadis yang sedang melakukan panggilan video bersama Ibunya.
Rosé hanya bisa menarik napas panjang, lalu menatap sosok itu dengan pasrah.
"Mengapa kau menatapku seperti itu----"
"Siapa itu, Chae Young-ah? Apakah Lisa? Mengapa suaranya berubah?"
Kamar Rosé kembali hening.
Sang tamu tak diundang hanya bisa berdiri kaku di tempatnya ketika mendengar suara seorang wanita dari ponsel Rosé. Wajahnya berubah panik--menatap Rosé dengan mulut terbuka dan mata yang membulat.
Astaga, apa yang sudah Ia lakukan?
Rosé menghela napas panjang untuk yang ke sekian kalinya.
Mengapa lelaki itu menyebalkan sekali sih akhir-akhir ini? Bagaimana bisa Ia tiba-tiba datang ke dorm karena Rosé tak membalas pesannya?
Sepertinya Ia harus menerima akibatnya.
Rosé mendengus sejenak, lalu sambil tersenyum miring, Ia mengarahkan ponselnya ke arah lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tournesol
Fanfic- rosekook fanfiction - ps : this is an ongoing story, so dont forget to save this on ur library! <3 Siapa sih yang bisa menangkal pesona seorang Roséanne Park? Baik di atas panggung maupun di dunia nyata, gadis itu memang layak disebut bidadari. Ba...