"Rasanya aku ingin protes kepada PD-nim. Bisakah program run BTS diberhentikan saja? Aku lelah jika terus-terusan kalah seperti ini,"
Sejak tadi, Jimin terus saja mendumal. Shooting program run BTS hari itu bahkan sudah selesai, tetapi Ia masih tidak terima dengan hasilnya. Jika sudah seperti ini, Jimin benar-benar terlihat seperti seorang remaja yang kesal karena uang sakunya dipotong. Dasar, lelaki tidak ingat umur.
Suga menyahut datar, "Salahkan saja tanganmu itu; benar-benar tangan pembawa sial,"
Ucapan Suga membuat semuanya tertawa. Apa yang lelaki itu katakan memang benar adanya. Jimin tidak pernah hoki dengan tangan mungilnya itu. Tak heran lah mengapa Ia selalu saja kalah di setiap permainan yang mereka lakukan.
Jimin berdecak sebal ke arah Suga, "Bisakah kau mengucapkan sesuatu yang menghibur, hyung?"
"Ani," balas Suga santai, "Jangan pernah berharap," kemudian Suga berdiri dari kursinya, menoleh pada Namjoon.
"Kau tidak mau ikut ke studio?"
Namjoon segera berdiri, "Sekarang, hyung?"
"Tentu saja," Suga mengenakan topinya sejenak, "Kau mau berlama-lama di ruangan ini dan tidak melakukan apa-apa?" tanyanya lugas.
"Baiklah. Ayo," Namjoon mengikuti Suga keluar.
Pintu ruangan tertutup. Jin, Hoseok, Taehyung, dan Jimin saling melirik dengan keadaan hening. Di pojok ruangan, Jungkook terlihat sedang fokus pada ponselnya--tak menghiraukan keempat hyungnya.
Beberapa hari ini, jadwal BTS memang tak terlalu padat. Tidak ada lagi persiapan yang terlalu berarti untuk album baru mereka yang akan keluar bulan depan. Mereka hanya mengisi hari dengan shooting, rekaman, beberapa kali tampil di TV--ya hanya seperti itu.
"Apa yang ingin kalian lakukan?" Jin memecah keheningan sambil menatap adik-adiknya.
Taehyung berdiri--hendak mengemas bawaannya, "Sepertinya aku mau ke gym saja,"
Jimin ikut-ikutan, "Ah, iya juga. Lebih baik ke gym daripada menganggur seperti ini,"
Jin menilik wajah kedua lelaki itu, lalu bergumam sejenak, "Kulihat-lihat, akhir-akhir ini--kalian rajin sekali ke gym. Apakah..kalian ingin menyaingi bahu lebarku?"
"Ya, hyung!" Jimin menunjuk Jin. "Kau ini kompetitif sekali ya? Takut jika aku menyangi bahumu?" ledeknya.
"Ommo," Jin menutup mulutnya tak percaya. "Aku? Takut? Tentu saja tidak,"
Lelaki tertua di BTS itu mendekati Jimin dan Taehyung, lalu berkata, "Dengarkan nasihatku ini; lebih baik kalian berhenti dari sekarang. Sebesar apapun usaha kalian untuk menyaingiku, itu tidak akan berhasil. Bahuku adalah bahu terlebar disini, dan wajahku-----"
"Hyung, aku pergi dulu ya?"
Dengan wajah tidak bersalah, Jungkook menatap keempat hyungnya. Alisnya terangkat mendapati wajah mereka yang nampak sebal dengan Jungkook. Ada apa? Apa yang salah?
"Wae?" tanya Jungkook polos.
Hoseok menghela napas lalu bertanya, "Sejak tadi kau sibuk bermain ponsel, sekarang kau mau kemana?"
Jimin, Jin, dan Taehyung ikut menatap Jungkook serius--seakan sedang mengintimidasinya.
Tapi maknae itu hanya menjawab enteng,
"Bertemu Rosé,"
"YA!" Jin langsung berseru. "Aku tahu kau belum lama berpacaran, tapi bisakah kau tak terus-terusan bertemu dengannya? Kau tak mau menghabiskan waktu dengan kami?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tournesol
Fanfiction- rosekook fanfiction - ps : this is an ongoing story, so dont forget to save this on ur library! <3 Siapa sih yang bisa menangkal pesona seorang Roséanne Park? Baik di atas panggung maupun di dunia nyata, gadis itu memang layak disebut bidadari. Ba...