Telinga Rosé menangkap sesuatu.
Bunyi alarm.
Entah alarm siapa itu.
Suara itu terdengar meraung-raung dari pojok ruangan, membuat Rosé mau tak mau harus segera membuka matanya.
Rosé meregangkan tubuhnya sejenak sambil berbaring. Saat itu juga, kakinya terasa menyenggol sesuatu. Rosé langsung menoleh, dan baru menyadari ada seseorang tertidur di sebelahnya.
"Ya, Lalisa, mengapa kau tidur disini?" Rosé menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu, berusaha membangunkannya.
Tapi, namanya saja Lalisa. Semua orang sudah tahu hobi gadis itu; tidur, dan belanja. Sekarang Ia sedang melakukan salah satunya, bagaimana bisa Rosè menghentikannya dengan cepat?
"Ya! Lalisa!" teriak Rosé sambil menarik selimut yang melilit tubuh Lisa, "Bangunlah! Ini satu Januari! Kau tidak mau bangun-----"
"Tidak,"
Rosé memelotot, lalu segera melayangkan pukulan pada bokong Lisa.
"Kalau kau mau lanjut tidur, pindahlah ke kamarmu----"
"Tidak mau,"
Sebuah bantal melayang tepat mengenai wajah Lisa. Sayangnya, gadis itu tak memberi reaksi sama sekali. Ia malah semakin mengeratkan pelukannya pada guling, lalu mengubah posisi memunggungi Rosé.
"Ck! Terserahmu!"
Rosé menyerah.
Gadis itu segera turun dari ranjangnya, menyepol rambutnya asal, lalu melirik jam dinding sejenak. Jam 8 pagi. Hm, Rosé baru ingat Ia ada kelas pilates sebentar lagi. Ia juga sudah memiliki janji dengan Teddy Park untuk membantunya di studio---
"Ya, Chae Young-ah,"
"Mwo?" Rosé menoleh malas ke arah Lisa yang masih bergelung dengan selimut.
Dengan mata yang masih tertutup, Lisa bertanya, "Apakah kau memasang alarm pada pukul empat sampai lima pagi?"
Rosé terdiam sejenak, "Terkadang," jawabnya sambil memasang wajah bingung, "Tapi semalam aku tidak menyetelnya karena hari ini kita tidak memiliki jadwal yang penting,"
Lisa menguap lebar, "Berarti ada yang menghubungimu berkali-kali tadi. Cepat, periksa ponselmu, bodoh,"
"Ponselku dimana ya?"
Seperti orang linglung, Rosé berdiri diam di satu titik, sementara matanya memutari isi kamarnya. Dimana Ia menyimpan benda itu? Kapan Ia terakhir memegangnya?
Rosé mengacak rambutnya sejenak. Dimana sih ponselnya? Mengapa sulit sekali menemukan benda itu di kamarnya sendiri???
"Bodohnya, Park Chae Young. Kau tidak melihat benda sebesar itu di hadapanmu?!"
Ucapan Lisa otomatis membuat Rosé mengarahkan pandangannya pada meja di depannya. Astaga. Rosé langsung memukul kepalanya sendiri ketika melihat benda yang sejak tadi dicarinya ternyata ada di hadapannya langsung. Bagaimana bisa benda itu tiba-tiba muncul disini? Sepertinya tadi tidak ada apapun di meja itu.
Rosé membuka kunci ponselnya sejenak, lalu berdecak kecil ketika melihat daya baterainya tersisa sepuluh persen.
Ck, terserahlah. Rosé hanya ingin memeriksa ponselnya sebentar---
Shit,
Mata Rosé melebar.
Sepuluh panggilan tak terjawab, dan dua puluh pesan belum dibaca dari Jungkook???
KAMU SEDANG MEMBACA
Tournesol
Fanfiction- rosekook fanfiction - ps : this is an ongoing story, so dont forget to save this on ur library! <3 Siapa sih yang bisa menangkal pesona seorang Roséanne Park? Baik di atas panggung maupun di dunia nyata, gadis itu memang layak disebut bidadari. Ba...