61 - poetry

607 136 40
                                    

yang lupa ceritanya, monggo di baca ulang part sebelumnya HEHEHE. happy reading ♡

~~~

i don't hate you. i never will. i just act like i do because it's easier than admitting that i miss you.

~~~

Entah berapa jumlahnya, kebahagiaan yang melingkupi Rosé saat ini sukses membuatnya tak memiliki waktu untuk menghitung berapa banyak mawar merah yang menyambutnya di dalam kamar. Seketika wangi bunga itu menyebar memenuhi seisi ruangan.

Seakan itu tak cukup, seorang lelaki tampak berdiri dengan senyum kelinci khasnya--menatap Rosé dengan pandangan penuh cinta. Wajahnya puas melihat kekasihnya tampak senang dengan kejutan yang diberikannya.

"Kau suka? Apakah ini tidak berlebihan---,"

Sebuah pelukan mendarat tiba-tiba, membuat lelaki itu seketika bungkam dan segera membalas Rosé dengan pelukan yang lebih erat, ditambah dengan kecupan lembut di kepala gadis itu yang membuatnya merasa menjadi orang terberuntung di dunia ini.

"Aku menyayangimu berkali-kali lipat dari jumlah bunga-bunga ini. Terima kasih, Jungkook-ah,"

Rosé menempelkan bibirnya lembut, yang tentunya segera dibalas dengan lumatan lembut dari bibir si lelaki. Ciuman itu terasa memabukkan bagi mereka berdua. Seiring waktu berjalan, ciuman yang awalnya penuh kelembutan perlahan berubah. Rosé tak menyadari bahwa dirinya sudah terdorong mundur mengikuti irama Jungkook. Bibir mereka saling memagut, seakan tak ada waktu lagi untuk saling menyalurkan rasa cinta----

"ROSIE POSIE IS TURNING 21!"

"YUHU! HAPPY BIRTHDAY, CHAENG TUPAI!"

"SELAMAT ULANG TAHUN, CHAE YOUNG-AH!"

Mata Rosé seketika terbuka. Seruan dari pintu kamarnya itu membuatnya segera tersadar dari tidurnya. Tanpa disadarinya, hal pertama yang Ia lakukan setelah terbangun adalah melihat seisi kamarnya. Bukan pada ketiga temannya, melainkan keadaan kamarnya saat itu.

Bahu Rosé melemas.

Tak ada ratusan mawar merah yang tadi dilihatnya.

Tak ada wangi bunga yang memanjakan penciumannya.

Dan tak ada senyuman lelaki yang sangat dirindukannya.

Seketika Ia tertampar oleh realita yang ada.

"Hei, kau tidak mau kue ini? Kami susah payah menyembunyikannya di kulkas untukmu lho,"

Rosé mengerjapkan matanya, sekali lagi berusaha membangunkan dirinya supaya tak berlarut-larut dalam mimpi indah tadi. Bibirnya segera membentuk senyuman. Wajah antusias ketiga perempuan di hadapannya membuat Rosé mau tak mau harus terlihat ceria.

"Kapan kalian membuat ini? Cantik sekali,"  ucap Rosé dengan mata berbinar-binar.

Lisa tersenyum jahil, "Apakah kau percaya jika aku berkata bahwa aku yang membuat kue ini---,"

"Aku lebih percaya kita akan comeback empat kali dalam setahun daripada perkataanmu barusan," balas Rosé cepat yang tentu saja dibalas dengan lirikan tajam Lisa, "Ayo, unnie, hidupkan lilinnya," lanjutnya.

Dengan cekatan tangan Jisoo segera menghidupkan lilin yang ada di kue itu. Jennie mematikan lampu kamar sejenak, lalu ketiga gadis itu segera mengelilingi Rosé.

Rosé hendak memejamkan matanya---

"Chae Young-ah, sebelum kau meniup lilin, apakah ada yang ingin kau bicarakan?"

TournesolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang