|| 31. Pingsan ||

719 119 43
                                    

___Happy Reading___

Brandon terus berlari ke arah perkemahan. Dia langsung mencari teman-temannya. Lalu Brandon melihat Aurel dan Arvin di dekat tenda.

Brandon menghampiri Aurel dan Arvin. "YANG LAIN, MANA? CEPAT BAWA DONIA KE RUMAH SAKIT!"

"Arvin, kamu telepon rumah sakit! Biar aku lapor pembinanya kalau Donia sudah ditemukan." Arvin segera menelepon rumah sakit. Lalu Aurel berlari ke arah pembinanya.

"KAK, DONIA SUDAH TEMUKAN!" teriak Aurel sambil berlari ke arah pembinanya.

"Kamu serius?"

"Iya, kak!" jawab Aurel yang sudah berada di hadapan Pembinanya.

"Udah telepon, rumah sakit? Lalu keadaan Donia gimana?"

"Sudah kak, Donia pingsan kak! Tadi dia ditemukan sama Brandon!" jawab Aurel. Lalu pembinanya mengambil handphonenya dan segera menelepon Daniel.

"Hallo, Donia sudah kami temukan! Dan kami sudah menelepon rumah sakit."

"Bagaimana keadaan adikku?"

"Dia pingsan, tadi yang nemuin Donia itu Brandon!" Teleponnya pun putus. Daniel yang memutuskan teleponnya. Karena Daniel sangat kesal jika ada seseorang yang menyebut nama Brandon.

"Perkemahannya kita sudahi saja! Tetapi, cepat cari Rangel!" ujar pembina. Lalu pembinanya pergi mencari Rangel lagi.

"Baik, kak!" jawab Aurel sebelum pembinanya pergi meninggalkan dirinya. Setelah pembinanya pergi, Aurel segera kembali ke tenda sambil berlari.

****

"UDAH DI TELEPON BELUM RUMAH SAKITNYA?"

"Sudah, Brandon! Bersabarlah!" jawab Arvin kepada Brandon. Sungguh Brandon cemas dengan Donia. Karena tubuh Donia sangat dingin.

"Aish, lama sekali! Keburu mati nih anak orang," gumam Brandon yang masih menggendong Donia. Dia benar-benar khawatir sekali dengan keadaan Donia.

"Sabarlah sedikit, Brandon!"

Aurel datang menghampiri Brandon dan Arvin. Dia ingin mengetahui keadaan Donia. Walaupun dirinya tidak suka dengan Donia, dia masih ada perasaan peduli terhadap Donia.

"Gimana? Donia sudah sadar?"

Aurel sungguh cemas dengan Donia. Lalu Aurel menghampiri Donia. Dia memegangi badan Donia. "Gila, dingin banget badan Donia!"

"Makanya segera telepon rumah sakitnya, suruh mereka ke sini! Lagian mana para pembina? Kenapa gak urus Donia?" tanya Brandon. Dia benar-benar kesal dengan para pembina.

"Lagi nyari Rangel! Dia belum ketemu juga! Kan Donia sama Rangel hilang barengan," jawab Aurel.

"Kalau mereka hilang barengan, pasti ini ulah Rangel! Kan Rangel gak suka sama Donia!" balas Arvin.

Arvin berpikir, kalau ini ulahnya Rangel. Karena bagi Arvin. Rangel akan membuat ulah jika Brandon mendekati cewek.

"Apa sih? Kenapa jadi nyalahin Rangel?" tanya Aurel kepada kekasihnya.

"Kamu ini! Rangel itu jahat! Mengapa kamu masih berteman sih sama dia?" tanya Arvin kepada Aurel.

"Gapapa elah! Rangel baik kok," jawab Aurel. Arvin pasrah sama Aurel. Mengapa Aurel bisa menganggap Rangel baik. Padahal ini ulahnya Rangel.

"Terserah kamu aja deh! Aku malas berdebat!" jawab Arvin mengalah. Dia paling malas jika berdebat dengan Aurel. Lalu datang lah Daniel. Dia menghampiri Brandon.

"DONIA!!"

"Apa yang terjadi dengan Donia?"

"Tadi pas aku menemukan dia, dia terjatuh dan kakinya sedikit memar!" jawab Brandon.

"Mungkin dia memar, karena jatuh dari pohon!" sahut Arvin. Brandon mengangguk, dia sangat setuju dengan ucapan Arvin.

"Mungkin," jawab Brandon.

"Sudah telepon rumah sakit?" tanya Daniel khawatir.

"Sudah!" balas Arvin.

"Batalkan! Biar aku saja yang bawa adikku ke rumah sakit," ucap Daniel. Lalu Daniel mengambil Donia dari Brandon.

Namun, Brandon menolak. Dia tidak ingin Donia di pegang dengan siapapun. Walaupun itu abangnya Donia. Tapi, dia tidak suka.

"Biar aku saja yang gendong, aku akan ikut denganmu!"

"Terserah, Ayok kita ke mobil!" jawab Daniel. Lalu Daniel dan Brandon pergi ke mobil Daniel.

Bersambung...

Jangan lupa vote dan koment ya! Share ke teman-teman buat baca cerita ini!

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang