|| 45. Dapat Telepon Dari Siapa? ||

497 97 170
                                    

Brandon mengangkat teleponnya dan berbicara kepada orang yang berada ditelepon tersebut.

"Ada apa?"

"Kau di mana, Brandon?"

"Di rumah sakit. Ada apa, kau meneleponku?"

"Kenapa ayahmu menelepon, kau tidak menjawab?"

"Aa, aku tidak mendengarnya!"

"Ayahmu menyuruhku meneleponmu untuk kau pulang ke rumahnya. Tapi, sebelum itu kamu menjemputku dulu."

"Kenapa harus aku yang menjemputmu?"

"Karena itu perintah ayahmu."

"Oke aku akan menjemputmu."

Brandon sebenarnya tidak mau menjemputnya. Namun, mendengar kata perintah ayah, dia langsung mengucap seperti itu.

Setelah itu, Brandon langsung menutup teleponnya dan kembali ke tempat Donia. Lalu Brandon izin pamit untuk pergi.

"Aku pergi dulu. Ada urusan," ujar Bradon dingin sambil tergesah-gesah.

"Urusan apa? Kenapa kamu meninggalkanku sendirian?" tanya Donia.

"Maafkan aku. Aku benar-benar ada urusan," jawab Brandon sambil mengusap-usap kepala Donia dengan lembut. Lalu Brandon pergi keluar dari ruangan dan meninggalkan Donia sendirian.

"Kenapa, setelah Brandon mendapatkan telepon dia langsung tergesah-gesah? Siapa yang menelepon dia?" gumam Donia.

"Aa, gak tahu ah. Malas banget sama Brandon!" kesal Donia kepada Brandon.

Setelah kepergian Brandon. Daniel tiba di rumah sakit. Saat ini, Daniel berjalan melangkah menuju ruang Donia.

Pintu ruangan Donia terbuka. Sempat Donia gembira jika yang datang itu Brandon. Namun, pas Donia menoleh ke arah pintunya. Donia kecewa.

"Ternyata itu, Abang. Kupikir yang datang, Brandon!" gumam Donia kecewa sambil memasang cemberut.

Daniel melihat sekeliling ruangan Donia. Saat ini, Daniel mencari Brandon. Lalu Daniel mendekat ke arah Donia dan bertanya kepada adiknya.

"Ke mana, Brandon?"

"Dia sudah pergi," jawab Donia sambil menunduk. Donia sangat kecewa sekali. Dia berharap, Brandon datang lagi ke rumah sakit.

"APA??"

"Sialan, kau Brandon!"

"Berani-berani kau meninggalkan adikku sendirian!"

Daniel bergumam kesal. Dia sangat kesal dengan Brandon. Padahal tadi sudah berjanji akan menjaga adiknya. Tapi, kenyataannya? Dia malah meninggalkan.

Donia melihat reaksi Daniel saat ini. Lalu Donia menenangkan kakaknya. "Kak, Brandon pergi karena tadi ada yang menelepon. Mungkin itu dari orang tuanya!'

"Tapi, gak gitu juga, Don!"

"Jagain dulu kek kamunya, habis itu baru pergi!"

Donia menghela napas, dia berpikir bagaimana caranya biar kakaknya itu tidak kesal lagi dengan Brandon.

"Kakak, ayok lah!"

"Kita kan kalau disuruh ayah sama ibu pasti lebih utamain mereka kan? Dibanding orang lain?" tanya Donia kepada Daniel. Daniel berpikir, ada benarnya juga yang diucapkan adiknya itu.

Mereka berdua pasti mengutamakan kedua orang tuanya dibanding orang lain. "Kau benar, Donia!"

"Hm, kalau gitu ayok makan. Aku udah kelaparan!" ajak Donia untuk makan sambil memegangi perutnya seperti orang kelaparan.

Daniel terkekeh, gara-gara dia kesal dengan Brandon. Dia sampai lupa kalau adiknya belum makan.

"Aa, aku lupa!"

"Kalau gitu, ayok makan!" ajak Daniel kepada Donia.

Bersambungg...

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang